"Ini keterampilan Langka! Gabungkan sekarang!" Lin Huang mengiyakan setelah ia menerima pemberitahuan. Segera, kartu kristal hijau muncul di Roda Kehidupannya. Ia mengambil kartu hanya dengan memvisualisasikannya. Kartu itu benar-benar hijau.
Ada seorang lelaki yang kuat, berdiri di atas tanah tandus yang keras, dengan pedang di tangannya di bagian atas kartu. Memberikan kesan bahwa ia berjuang melawan binatang buas mengerikan di padang pasir sendirian. Lin Huang menatap gambar itu sebentar kemudian membaliknya untuk melihat deskripsi.
"Kartu Keahlian"
"Nama Keahlian: Kitab Pedang Suci (Patah)."
"Kelangkaan: Langka."
"Jenis Keahlian: Pedang."
"Tingkat Keahlian: Tingkat Emas."
"Status: Tersedia."
"Keterangan: Keahlian ini dimiliki oleh Keahlian khusus tanpa batas peringkat, kekuatan berubah sesuai dengan pemainnya."
"Catatan: Lumayan."
"Xiao Hei, dikatakan disini kalau 'Kitab Pedang Suci' itu Langka. Apakah ini berarti 'Kitab Pedang Suci' sudah lengkap atau apakah yang aku miliki belum lengkap?" tanya Lin Huang.
"Ada dua bagian dari 'Kitab Pedang Suci'. Kartu Keahlian yang lengkap adalah kartu tingkat Luar Biasa. Sekarang kau hanya memiliki bagian pertama kartu, Kartu Keahlian masih patah, makanya itu Langka."
Lin Huang tercengang dengan penjelasan Xiao Hei. Ia tidak menyangka 'Kitab Pedang Suci' yang ia pelajari secara diam-diam adalah Keahlian Luar Biasa!
Kemudian ia menghancurkan kartu di tangannya dan kartu tersebut berubah menjadi energi hijau yang mengalir di tubuhnya.
Ada perubahan pada Kartu Eksklusifnya.
"Pemain: Lin Huang."
"Jenis Kelamin: Pria."
"Umur: 15."
"Kekuatan Perang: Tidak Ada (Melebihi batas penilaian)."
"Keahlian: Kekuatan Darah (Level-2)."
"Keahlian dua: Kitab Pedang Suci (Keahlian Pedang)."
"Kewenangan Pemanggilan: Diaktifkan."
"Jumlah Panggilan Yang Tersedia: 1.
"Catatan: Kau masih sangat lemah!"
"Meskipun keahlian 'Kitab Pedang Suci' ini sangat berharga, pria berwajah bekas luka itu membiarkanku untuk mempelajarinya. Dengan kemampuannya, tidak mungkin ia tak menyadari bahwa aku mempelajarinya di kamarku," pikir Lin Huang.
Ada dua kemungkinan. Mungkin ia tidak mengira bocah tersebut bisa memahami keahliannya atau ia sengaja melakukannya sehingga ia bisa mengajarkan keahliannya kepada banyak orang dan berbagi pengetahuan kepada 'mata-mata' yang tertarik.
"Tidak peduli apapun kemungkinannya, aku harus berterima kasih padanya secara pribadi. Mungkin aku bisa memintanya dengan sopan untuk mengajariku bagian kedua. Hehe..." Sementara Lin Huang bermimpi betapa mengesankannya jika bisa mendapatkan 'Kitab Pedang Suci' yang lengkap pada saat Penilaian Pemburu Cadangan.
Lin Xin pulang dari sekolah.
"Kak, apa kau memikirkan makanan? Kau meneteskan air liur." ucap Lin Xin melihat wajah kakaknya yang sedang melamun saat ia memasuki ruangan.
"Ya! Kalau kita kaya, aku akan menyewa seorang koki dari Kediaman Tetap untuk membuatkan makanan enak untuk kita setiap hari!" Lin Huang berkata.
"Iya!" Lin Xin sangat senang mendengar omong kosong Lin Huang karena ia mencintai makanan di hotel.
Lin Huang lega bahwa Lin Xin mempercayai omong kosongnya.
Setelah makan malam, Lin Huang meminta Lin Xin untuk kembali ke kamar tanpanya, sementara ia membunyikan bel Kamar 301.
Pria berwajah bekas luka tersebut memiliki jadwal teratur untuk makan dan ia selalu berada di restoran pukul 6 sore dan selesai sekitar pukul 6.15 sore. Sedangkan untuk Lin Huang dan Lin Xin, jadwal mereka tidak tetap, kadang mereka makan lebih awal atau lebih telat. Ketika mereka tiba di restoran, pria berwajah bekas luka tersebut sudah selesai makan sehingga harus kembali ke kamarnya sekarang.
Tak lama, pintu terbuka. pria berwajah bekas luka memandang Lin Huang tanpa ekspresi dan berkata, "Ada yang bisa kubantu?"
"Terima kasih banyak sudah mengajariku keahlian pedang!" ucap Lin Huang tulus sambil menatap matanya. Kemudian ia membungkuk rendah dengan hormat kepadanya.
Pria berwajah bekas luka itu tidak berekspresi, "Aku tahu kau diam-diam mempelajarinya. Aku tidak mengajarimu apa pun, apa pun yang telah kau kuasai, itu adalah usahamu sendiri. Itu bukan urusanku," jawab pria berwajah bekas luka sambil tertawa kecil.
"Tidak peduli, aku ingin berterima kasih," Lin Huang bersikeras dan berdiri di ambang pintu dengan senyum tulus di wajahnya. Baginya, tidak masalah jika pria tersebut menerima rasa terima kasihnya atau tidak selama ia mengatakan apa yang harus ia katakan.
Namun, melihat reaksi dingin pria tersebut, Lin Huang tidak jadi menanyakan bagian kedua dari 'Kitab Pedang Suci' dan kembali ke kamarnya.
"Aku harus bertanya padanya bagian kedua setelah aku menyelesaikan penilaian Pemburu Cadangan."
Tak lama setelah ia kembali ke kamarnya, cincin Lin Huang bergetar. orang tak dikenal ingin berbicara dengannya.
Dengan ragu-ragu, Lin Huang mengangkat panggilannya. Suaranya familiar.
"Tuan Lin Huang, kami telah menyelesaikan renovasi di rumah Anda. Anda dapat kembali kapan saja Anda mau. Jika ada sesuatu yang Anda rasa tidak puas, silahkan hubungi saya dan kami akan menyelesaikannya untuk Anda," kata suara di telepon. Lin Huang mengenali suara pria berjas yang ia temui beberapa hari lalu.
"Tentu! aku akan kembali besok siang. Aku akan mengembalikan kartu kunci kamar ke pemilik hotel," Lin Huang mengangguk.
Setelah ia menutup telepon, Lin Xin berjalan keluar kamarnya, "Kak, apakah kita harus pergi besok?" ia bertanya dengan kekecewaan di wajahnya.
"Ya, rumah kita sudah selesai jadi tidak perlu menginap di hotel lagi," jawab Lin Huang.
"Oke ..." Lin Xin terdengar enggan. Ia menyukai makanan dan minuman di Kediaman Tetap.
Lin Huang memperhatikan reaksinya dan berkata, "Kalau kau tidak mau, kita bisa tinggal satu hari lagi karena kita punya lima hari di sini. Kita masih bisa tinggal di sini besok dan kembali ke rumah lusa."
"Aku tidak merasa enggan, tapi..." Lin Xin tidak mau mengakuinya.
"Berarti aku yang enggan." Lin Huang menggelengkan kepalanya dan tersenyum,
"Kita akan berangkat lusa sore hari."
Hari-hari berlalu begitu cepat. Lin Huang terus memperhatikan pria berwajah bekas luka ketika ia berlatih, tetapi tidak peduli berapa banyak ia berlatih, ia tidak mendapatkan potongan kartu keahlian lagi.
Karena itu, ia tidak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berlatih. Sebaliknya, ia memutuskan untuk lebih banyak beristirahat sebelum penilaian.
Pada pagi hari keenam, setelah sarapan, Lin Huang dan Lin Xin kembali ke kamar hotel mereka dan menata ulang karpet dan perabotan ke tempatnya semula. Kemudian mereka mengucapkan selamat tinggal kepada pemilik hotel.
Bos Yu tersenyum sambil melihat kepergian mereka. Tiba-tiba, pria berwajah bekas luka muncul di belakangnya.
"Tuan, saya masih tidak mengerti apa yang Anda lihat pada anak tersebut. Ia hanya beruntung telah membunuh vampir. Selain itu, melihat Roda Kehidupannya yang rusak, sepertinya ia hanya memiliki waktu dua bulan." omelnya.
"Gu Yi, kau sudah mengenalku begitu lama. Sejak kapan aku, Yu Qin, salah menilai?"
"Anda...tidak pernah," ia mengakui. pria berwajah bekas luka tertegun dan menggelengkan kepalanya. Ia tampak gelisah, "Tapi Tuan, Anda adalah orang yang unik. Anda tidak pernah peduli pada apa pun yang berasal dari dunia ini. Mengapa Anda ingin saya mengajari anak tersebut keahlian pedang?"
"Jangan khawatir, aku punya rencana. Kau sudah bicara dengannya, bagaimana menurutmu?" Boss Yu bertanya.
"Sikapnya tidak buruk, tapi ia bukan jenius. Ia jauh dari Li Lang yang kita temui beberapa hari lalu," kata Gu Yi menggelengkan kepalanya berkomentar.
"Benarkah? Biar aku bertanya, berapa lama kau belajar bagian pertama dari 'Kitab Pedang Suci'?"
"'Kitab Pedang Suci' tampaknya mudah, tetapi pada kenyataannya, Kitab tersebut mengandung banyak makna bagi seorang ahli pedang. Aku berlatih lebih dari 18 jam setiap hari dan membutuhkan 103 hari untuk mempelajari bagian pertama," jawab Gu Yi, wajahnya terlihat serius memikirkan topik itu.
"Seberbakat dirimu, butuh waktu 103 hari untuk mempelajari bagian pertama. Berapa lama menurutmu ia perlu mempelajarinya?" Bos Yu menatap Gu Yi dengan alis terangkat.
"Kurasa ia butuh setidaknya dua sampai tiga tahun," ia bergumam. Sudah jelas bahwa Gu Yi tidak percaya pada Lin Huang.
"Kau terlalu meremehkannya. Ia hanya butuh tiga hari untuk mempelajari bagian pertama dari 'Kitab Pedang Suci'," kata Bos Yu dan memperlihatkan tiga jari saat mulut Gu Yi terbuka tak percaya.
Sebuah video Lin Huang berlatih di kamarnya selama beberapa hari terakhir muncul di depan mereka.
Gu Yi terkejut ketika melihat rekaman itu dan berkata, "Bagaimana mungkin?"
"Tidak ada yang mustahil," jawab Yu Qin sambil melambaikan tangannya untuk mematikan video.
"Ambil dua hari dan bersiaplah. Kita harus segera pergi."
Gu Yi mengangguk tanpa banyak bertanya. Ia menghela napas dan berkata, "Baiklah..."