Ada seorang lelaki tinggi berbaju besi hitam, berdiri di ambang pintu. Tingginya sekitar dua meter. Kepalanya juga botak seperti pemilik hotel. Wajahnya berjanggut dan ada bekas luka panjang yang membentang dari sisi kiri dahinya melewati bagian tengah mata kiri sampai ke dagu. Tidak ada warna putih di mata kirinya. Itu adalah bekas luka sayat dan mata kirinya buta. Bekas luka dan matanya menambah kesangaran di wajahnya.
Dengan tinggi dan wajah yang seperti itu, ia membuat orang-orang di sekitarnya merinding.
Ketika pria jangkung itu memasuki restoran, ia menatap semua orang. Orang-orang segera menundukkan kepala untuk menghindari tatapannya. Bahkan Lin Huang menghindari kontak mata dengannya. Lin Huang kemudian menepuk punggung Lin Xin agar segera menyelesaikan makanannya.
Anehnya, setelah mengambil makanan dari prasmanan, pria itu berjalan menuju Lin Huang dan Lin Xin. Kemudian ia duduk sendirian di meja belakang mereka. Kursi yang ia duduki berada tepat di seberang Lin Huang.
Lin Huang mendongak dan mereka bertatap mata secara tidak sengaja. Tapi, tak satupun dari mereka memalingkan wajah. Sebaliknya, mereka malah saling memeriksa satu sama lain.
Lin Huang berpikir bahwa sangat aneh pria itu memilihnya. Di antara 10 orang yang ada di restoran, kecuali Lin Xin, ia yakin bahwa ia adalah yang paling lemah dan paling miskin. Tidak ada alasan bagi pria itu untuk memperhatikannya.
"Mungkin aku orang baru disini yang belum pernah ia lihat," Lin Huang menyimpulkan.
Tepat ketika mereka berdua berdiri setelah menyelesaikan makan malam, pria di belakang Lin Xin meletakkan alat makannya dan berjalan ke arah mereka.
Lin Huang pura-pura tidak melihatnya dan segera menarik Lin Xin berjalan keluar dari restoran.
Ketika mereka tiba di lantai tiga, pria tersebut juga ada di sana. Ketika mereka berbelok ke kanan, pria tersebut mengikutinya.
"Mengapa kamu mengikuti kami?" Lin Huang mengerutkan kening dan membalikkan badannya untuk menanyai pria itu, sementara Lin Xin di punggungnya.
"Ini jalan ke kamarku," kata pria itu sambil menatap Lin Huang. Kemudian ia berjalan melewati mereka dan lanjut berjalan ke ujung koridor. Kemudian ia berhenti di depan Kamar 301 dan memasukinya.
Lin Huang merasa malu. Ia kembali ke kamarnya bersama dengan Lin Xin.
"Kakak, paman itu terlihat sangat menakutkan," kata Lin Xin setelah pintu ditutup.
"Ketika aku melihat ia berjalan ke arah kita barusan, kupikir ia adalah orang jahat."
"Jangan khawatir. Di siang hari seperti ini, bahkan jika ia adalah orang jahat, kita tidak perlu takut. Selain itu, ada banyak pemburu di hotel ini, apa yang harus ditakutkan?" ujar Lin Huang, dengan harapan menenangkan Lin Xin. Lin Huang ingat pemilik hotel telah memberitahunya bahwa tamu di Kamar 301 adalah seorang pria aneh yang melakukan latihan pedang di taman pada tengah malam.
"Ia benar-benar aneh!" pikir Lin Huang.
Setelah makan malam, Lin Huang menonton klip lama dari penilaian Pemburu Cadangan. Asosiasi Pemburu tidak akan pernah merilis seluruh video penilaian, hanya beberapa video luar biasa yang mereka rilis. Hal tersebut dimaksudkan untuk menarik minat lebih banyak orang untuk mengikuti penilaian.
Tentu saja, Lin Huang menonton bukan untuk melihat aksinya. melainkan untuk melihat konten terkait cara berpikir penguji yang mungkin berguna untuk penilaian. Ia menonton lebih dari 20 video dan membaca beberapa dokumen hingga tengah malam.
Lin Xin pergi tidur setelah mandi dan menyikat giginya. Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya, kemudian mematikan Jaringan Hati.
Beberapa menit setelah ia di tempat tidur, Lin Huang mendengar seseorang menutup pintu di koridor. Ia melihat jam yang diproyeksikan dari cincinnya. Saat itu, jam menunjukkan pukul 12 malam.
Lin Huang ragu-ragu. Kemudian ia berdiri dan mendorong pintu balkon. Ia pergi ke balkon dengan piyamanya dan melihat ke arah taman. Ada dua lampu di dekat pintu masuk taman yang menerangi keseluruhan taman. Suara kicau serangga keluar dari semak-semak di sekitarnya.
Kemudian, pria dengan bekas luka di wajahnya tersebut berjalan keluar dari pintu hotel.
Ia berjalan ke area berumput di sisi kiri taman dengan pedang hitam di tangannya.
Lin Huang tidak tahu berapa kisaran harga pedang seperti itu. Anehnya, perhatiannya adalah pada rumput yang diinjak orang itu.
"Apakah orang itu merusak rumput setiap harinya sehingga membuat pemilik hotel memperbaikinya?"
Pria tersebut menutup matanya dan berdiri di tempat ia berada. Tiba-tiba, ia mengangkat pedang di tangan kanannya dan mengayunnya dengan gaya miring.
Lin Huang tercengang. Kekurangan yang dimiliki dari dirinya saat ini adalah teknik serangan yang kuat. Kemudian ia terus mengawasi setiap gerakan yang dilakukan oleh pria tersebut.
Ada 18 gaya untuk teknik yang ditunjukkan oleh pria tersebut. Dari apa yang ia lakukan, teknik itu tampak sangat ganas. Ia tidak memperhatikan bahwa Lin Huang sedang memperhatikannya diam-diam. Ia berlatih tiga set teknik yang sama, menyarungkan pedangnya dan kemudian kembali ke hotel.
Setelah menghafalkan tekniknya, Lin Huang berlatih dengan tangan kosong. Hal tersebut sangat tidak memuaskan baginya. Kemudian ia mengambil pedangnya dari tempat penyimpanan dan berlatih dengan sungguh-sungguh.
Ia memiliki ingatan yang sangat baik dan berhasil mengulangi 18 gaya yang dipraktekkan oleh lelaki tersebut dengan sempurna.
Ketika ia memfokuskan diri pada latihannya, ia tidak memperhatikan bahwa rumput yang diinjak oleh pria tersebut tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Ketika Lin Huang sedang berlatih di set yang kelima, ia mendengar bunyi pemberitahuan dan kotak semi transparan muncul di hadapannya.
"Selamat! Kamu telah mendapatkan Kepingan Kartu Keahlian 'Pedang Agung Alkitab' x1. "
Lin Huang sangat gembira ketika melihat pemberitahuan tersebut. Hal itu memotivasinya untuk berlatih lebih giat lagi.
"Aku tidak yakin berapa banyak kepingan yang harus kukumpulkan untuk digabungkan menjadi Kartu Keterampilan. Tapi, aku tidak peduli, aku akan berlatih beberapa ratus kali malam ini. Aku yakin aku akan segera memiliki Kartu Keterampilan yang lengkap!"
Namun, tidak ada hadiah diterima Lin Huang setelah ia berlatih tiga kali lagi.
"Mungkin aku akan diberi hadiah setiap lima set latihan?"
Kemudian ia berlatih dua kali lagi, tapi tetap saja, tidak ada yang terjadi.
"Apa yang terjadi?" Lin Huang merasa itu aneh. "Mungkinkah ini tidak ada hubungannya dengan jumlah latihan? Lalu apa?" ia bertanya-tanya.
Dengan keraguan di dalam benaknya, Lin Huang terus berlatih sampai kali ke delapan. Tiba-tiba, kotak pemberitahuan muncul lagi.
"Selamat! Kamu telah mendapatkan Kartu Keahlian 'Pedang Agung Alkitab' x1."
"Aku mendapatkan kartu yang lain. Mungkinkah ini acak?" Kemudian Lin Huang bertanya pada Xiao Hei, "Xiao Hei, apakah kepingan keterampilan datang secara acak?"
"Tidak, hanya pada saat efek dari keahlian melebihi 80% dari keahlian itu sendiri, itu akan dianggap sebagai set latihan yang efektif. Untuk setiap set latihan yang efektif, kamu akan diberikan kepingan keahlian setiap kalinya. Pengulangan tidak akan memberimu lebih banyak keahlian, kecuali efeknya 100%, maka kamu akan mendapatkan kepingan keahlian dengan pengulangan yang tepat." Jawaban yang diberikan oleh Xiao Hei sangat membantu Lin Huang.
"Ini dia! Itu berarti aku tidak mendapatkan kepingan keahlian karena kinerjaku kurang dari standar dasar 80% dan aku mencapai standar pada latihan kelima. Namun, aku tidak mendapatkan apa-apa lagi karena mengulangi standar yang sama pada lima kali set berikutnya, " ia menyimpulkan.
Sekarang Lin Huang mengerti, ia menjadi lebih serius untuk berlatih. Ia melatih semua yang ia bisa sambil mengingat apa yang dilakukan oleh pria tersebut di taman. Ia ingin mendapatkan keahlian sebanyak mungkin sampai ia bisa mencapai 100% keahlian efektif.
Ia terus berlatih lagi dan lagi.
Ketika fajar menyingsing keesokan paginya, Lin Huang telah berlatih lebih dari 100 kali.
Kemudian ia kembali ke kamarnya, kelelahan.
Namun, peluangnya untuk mendapatkan kepingan hanya 20% dan ia hanya berhasil mendapatkan 21 buah di penghujung hari.