Jantung Lu Weinan berdetak cepat. Kerumunan itu hanya berjarak sekitar 600 kaki dari Han Sen. Dengan kecepatan terbang penyengat, mereka dapat kembali dalam hitungan detik. Selain itu ratu penyengat, yang berdarah sakral, sedang mengincar Han Sen. Situasinya sangat kritis.
Melihat ratu penyengat terbang mendekat, Han Sen menyipitkan matanya, mundur beberapa langkah lalu melemparkan tombak ikan todak mutan ke arahnya.
Ratu penyengat terlalu cepat dan berhasil menghindari dari jarak yang dekat.
Pada saat Lu Weinan meratapi kerugiannya, sosok keemasan megah Han Sen telah bergegas menuju hadapan ratu, menebaskan katana yang berkilau pada ratu penyengat.
Katananya begitu tangkas sehingga bahkan ratu penyengat tidak dapat menghindarinya dan terbelah menjadi dua oleh Han Sen.
"Penyengat hitam berdarah sakral terbunuh. Tidak ada jiwa binatang yang diperoleh. Makan dagingnya dan dapatkan nol sampai sepuluh poin geno sakral secara acak."
Dengan suara yang merdu itu, Han Sen langsung melesat ke angkasa.
Kerumunan penyengat mengejar Han Sen ke angkasa, tetapi mereka tidak sanggup mengejarnya atau terbang di atas setengah mil dari atas tanah.
Han Sen memutar dengan cantik dan membuat sebuah lingkaran besar sebelum dia kembali ke sisi Lu Weinan.
Lu Weinan sangat terkesan. Mulai dari menghancurkan sarang penyengat sampai membunuh ratu sampai melepaskan diri dari kerumunan penyengat. Pergerakan Han Sen sangat halus dan bersih sehingga dia merasa seolah-olah sedang menonton film aksi.
"Luar biasa, benar-benar luar biasa." Lu Weinan mengacungkan jempol untuk Han Sen. Dia sangat tulus.
"Hanya rutinitasku saja." Han Sen tertawa tetapi tidak melepaskan pandangannya dari kerumunan penyengat. Dia tidak mempunyai cukup waktu untuk mengeluarkan tubuh ratu penyengat, tetapi tidak masalah. Sarang telah dihancurkan dan ratu telah terbunuh. Penyengat-penyengat ini akan mengalami kekacauan, yang merupakan kesempatan terbaik untuk Han Sen.
Tentu saja, setelah menderita pukulan besar, kerumunan ini menjadi kacau balau. Banyak penyengat hitam yang meninggalkan kerumunan.
"Kau teruskan usaha menggangu kerumunan itu dengan burung berbulu besi, dan aku akan berburu penyengat hitam yang terbang sendirian." Han Sen mengepakkan sayapnya dan mendekati seekor penyengat hitam mutan yang terbang menjauh dari kerumunan.
Walaupun waktu perubahan wujudnya hampir habis, Han Sen masih dapat menggunakan Badai Pedang dengan katana Shura untuk membunuh penyengat hitam mutan.
Tadi dia sanggup membunuh penyengat hitam berdarah sakral hanya dengan satu tebasan pedang karena dia menggunakan kekuatan Pedang Badai untuk memotong pinggangnya yang rapuh.
"Penyengat hitam mutan terbunuh. Tidak ada jiwa binatang mutan yang diperoleh. Makan dagingnya untuk memperoleh nol sampai sepuluh poin geno mutan secara acak."
Walaupun dia belum mendapatkan jiwa binatang, Han Sen tidak merasa khawatir sama sekali karena ada sekurang-kurangnya ribuan penyengat hitam mutan di sana dan pasti dia akan mendapatkan jiwa binatang nanti.
Membawa penyengat hitam yang mati, Han Sen seketika memberikannya kepada Lu Weinan. Dia tidak mau direpotkan dengan mengurus mayatnya. Karena penyengat hitam beracun, hanya beberapa bagian tubuhnya yang dapat dimakan, dan sisanya harus dibuang. Walaupun bukan hal yang sulit, tetapi cukup merepotkan.
Han Sen melanjutkan terbang untuk membunuh lebih banyak penyengat hitam mutan. Dengan berkolaborasi dengan Lu Weinan, Han Sen berburu lebih dari 20 penyengat hitam dalam sehari. Satu-satunya hal yang disayangkan adalah Han Sen tidak mendapatkan jiwa binatang sama sekali.
Han Sen tidak terburu-buru. Burung berbulu besi terus mengganggu penyengat, sehingga menyulitkan mereka untuk membangun kembali sarangnya. Kedua pria itu memiliki cukup waktu untuk berburu.
Selama beberapa hari, Han Sen berburu penyengat hitam mutan. Pada hari keempat, dia akhirnya mendengar suara yang berkata, "Penyengat hitam mutan terbunuh. Jiwa binatang penyengat hitam mutan diperoleh. Makan dagingnya untuk memperoleh nol sampai sepuluh poin geno mutan secara acak."
"Akhirnya" pikir Han Sen dengan perasaan suka cita, namun dia tidak memperlihatkannya di wajah atau memanggil jiwa binatang penyengat hitam.
Dia tidak ingin yang lain melihat Dollar menembakkan panah lalu menghubungkan Han Sen dengan Dollar.
"Penyengat hitam mutan ini sudah cukup. Lagipula, kita tidak sanggup membawa lebih banyak lagi." Pada hari kelima, Han Sen telah memburu hampir 80 penyengat hitam mutan.
Han Sen memberikan Lu Weinan dua penyengat hitam mutan seperti yang telah dia janjikan. Lu menggunakan burung untuk memancing kerumunan itu keluar selama beberapa kali dan dia telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Han Sen merasa cukup puas.
"Hebat!" Lu Weinan mengangguk, menyesal tidak meminta lebih dari dua penyengat hitam mutan. Han Sen mendapatkan belasan penyengat sedangkan dia hanya mendapatkan dua ekor.
Tetapi walaupun begitu, perjalanan ini luar biasa, jauh lebih baik daripada perolehannya sendiri dalam Rawa Gelap.
"Gunakan burung berbulu besi untuk mengusir penyengat-penyengat sekali lagi dan aku akan mengambil mayat ratu," kata Han Sen.
Lu Weinan langsung mengangguk, dan Han Sen mengambil dua bagian dari ratu penyengat.
Lu melihat Han Sen mengesampingkan mayat ratu dengan perasaan iri. Tidak mengetahui bahwa ratu penyengat berdarah sakral, dia masih mendambakannya.
Han Sen mempersiapkan daging ratu penyengat dengan cepat, mengeluarkan racun dan bagian yang tidak dapat dimakan dan menaruhnya di dalam panci kaldu. Setelah memakannya, Han Sen mendengar empat kali suara.
"Daging penyengat hitam berdarah sakral dimakan. Satu poin geno sakral diperoleh…"
"Daging penyengat hitam berdarah sakral dimakan. Satu poin geno sakral diperoleh…"
Ratu penyengat hitam telah berkontribusi empat poin geno sakral lagi.
"Inilah akhir dari kolaborasi kita. Jaga dirimu baik-baik." Han Sen mengambil penyengat hitam mutan miliknya dan menukarnya dengan uang.
"Kakak, bolehkah aku bergabung denganmu di lain hari?" Aku akan mengikuti arahanmu. Tidak akan menanyakan apa pun." Lu Weinan cepat-cepat berdiri dan berkata. Dia telah mencicipi manisnya hasil perburuan ini dan juga mempercayai Han Sen. Dia tidak akan menderita kerugian dari bekerja dengan orang seperti ini.
Memandangi Lu Weinan, Han Sen mempertimbangkannya dan berkata, "Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berburu bersama. Jika aku hendak merekrut orang untuk bergabung denganku, Aku akan mengikatkan sepotong kain dengan namaku pada sebatang pohon bengkok di bagian barat dari Tempat Penampungan Baju Baja. Jika kau tertarik untuk berpartisipasi, pergi saja ke Lembah Zephyr dan tunggu aku di sana."
"Kakak, kau belum memberitahuku siapa namamu?" Lu Weinan cepat-cepat bertanya.
"Pulanglah dan pergi ke Jaringan Langit. Kau akan mengetahuinya." Han Sen tersenyum, mengambil bawaannya dan terbang pergi.