Sehari kemudian, ketika batu roh pertama benar-benar habis, Feng Yan menyingkirkan kapal layar angin itu, dan mereka bertiga berdiri di atas sebuah puncak gunung di bawah langit malam, menyaksikan matahari perlahan-lahan terbenam di cakrawala. Segera, kegelapan menyelimuti daratan.
Di kaki gunung itu, hutan lebat itu bergema dengan raungan binatang dan hewan buas. Udara sangat lembab.
"Setelah kita melewati hutan itu, kita dapat istirahat," kata Feng Yan dengan tenang. "Bagaimana menurut kalian?" Ia memandang Du Lingfei dan Bai Xiaochun.
"Sudah gelap," Bai Xiaochun menunjuk. "Mungkin ada hewan-hewan liar berbahaya di hutan itu; mengapa kita tidak terbang melaluinya dengan kapal layar angin itu?"
"Istirahat saja sendiri, jika kau ingin," Du Lingfei berkata dengan dengusan dingin. "Itu hanya pepohonan." Tidak menutupi rasa jijiknya terhadap rasa takut Bai Xiaochun akan kematian, ia bergerak dengan cepat, mengarah langsung ke arah hutan itu.
Secercah cemoohan muncul jauh di dalam mata Feng Yan, tetapi ia tetap tersenyum dan kemudian melesat menuruni gunung itu.
Bai Xiaochun mengerutkan keningnya saat ia menyaksikan kedua orang itu pergi. Akhirnya ia mendesah, dan mengikuti mereka turun dari gunung itu ke arah hutan, lebih waspada dari sebelumnya.
Kelembaban meningkat ketika mereka memasuki hutan itu, dan bahkan ada beberapa tempat yang merupakan rawa-rawa atau tanah berlumpur. Hewan-hewan sering muncul, tetapi mereka bertiga adalah kultivator Pemadatan Qi. Mereka tidak melambat sama sekali saat mereka terus berjalan, secara bertahap maju semakin dalam dan semakin dalam di hutan itu.
Waktu berlalu. Akhirnya, malam semakin larut. Pada saat bulan terbit, mereka sudah setengah jalan ke sisi lain. Sejauh itu mereka tidak bertemu dengan hewan buas apa pun. Perjalanan itu telah berlangsung dengan sangat mulus. Bai Xiaochun berada di posisi belakang, dan bahkan sedikit suara atau gerakan saja akan menyebabkannya melompat ketakutan. Cemoohan Du Lingfei semakin kuat.
"Awas!" Bai Xiaochun tiba-tiba berseru, berhenti di tempat dengan ekspresi yang sangat gelisah di wajahnya.
Du Lingfei tertawa dingin, dan baru akan mengatakan sesuatu yang sinis ketika tiba-tiba, angin liar bertiup ke arah mereka, bersama dengan aroma tajam. Wajah Du Lingfei berkelip, dan ia memandang ke dalam hutan untuk melihat mata yang tak terhitung jumlahnya membalas tatapannya.
Mata-mata itu merah terang, dan nyaris pada saat Du Lingfei melihat mereka, suara kepakan sayap-sayap dapat terdengar. Kelelawar yang tak terhitung jumlahnya muncul, masing-masing sebesar tangan, terbang ke arah mereka.
"Kelelawar berkepala dua!" Feng Yan berseru. "Bisa mereka mengeringkan darah dan mengunci tenggorokan! Berpencar dan bertemu di puncak gunung di sisi lain hutan ini." Wajah berkelip, Feng Yan segera bergerak, berlari menjauh dengan kecepatan tinggi.
Pupil Du Lingfei mengerut, dan ia melambaikan tangannya di hadapannya, melemparkan sebuah jimat kertas. Saat jimat itu terbakar, sebuah cahaya biru menyebar, menutupi dirinya seperti sebuah perisai dan juga meningkatkan kecepatannya. Du Lingfei mengambil arah lain dan melesat pergi. Melihat ke belakang saat ia pergi, ia terkejut ketika mendapati bahwa Bai Xiaochun telah lama menghilang.
Bai Xiaochun telah mulai berlari segera setelah angin itu berembus. Tentu saja, Bai Xiaochun sangat hati-hati dan perseptif, dan sangat peka terhadap bahaya.
Bahkan saat ia lari, kelelawar-kelelawar itu mendekat, menyebabkan suara berkepak memenuhi udara. Kelelawar-kelelawar itu berpencar menjadi tiga kelompok, dan mulai mengejar ketiga murid itu.
Senyuman dingin muncul di wajah Feng Yan saat ia melesat melalui hutan itu, dan dengan cepat ia membuang batang dupa yang baru saja ia pegang. Batang dupa itu adalah apa yang menarik perhatian kelelawar-kelelawar itu, dan juga mengapa ia telah memilih untuk melewati hutan ini dalam perjalanan menuju misi mereka. Ia telah merasa bahwa ini akan menjadi lokasi yang mungkin berisi kelelawar berkepala dua.
"Yang terlemah di antara mereka berada pada tingkat ketiga Pemadatan Qi. Bai Xiaochun, jangan salahkan aku bahwa seseorang menginginkan kau mati." Tertawa dingin, ia menampar tas penyimpanannya untuk mengeluarkan sebuah batang kayu. Setelah meniupkan udara pada batang itu, batang itu menyala dengan api hitam yang menyebabkan kelelawar-kelelawar itu melepaskan teriakan menusuk. Ternyata, kelelawar-kelelawar itu membenci api hitam itu, dan karenanya langsung berpencar.
Feng Yan tersenyum dan kemudian terus melesat maju, merasa jauh lebih santai.
Adapun Bai Xiaochun, dia melaju kencang melalui hutan dengan dikejar oleh banyak kelelawar. Namun, kelelawar-kelelawar itu tidak bisa menyamai kecepatannya, dan tak lama, ada jarak yang cukup di antara mereka berdua. Kadang-kadang, seberkas cahaya pedang akan menyala, dan seekor kelelawar akan berteriak dan jatuh dari udara.
Bai Xiaochun terus berlari, dan setelah cukup waktu berlalu untuk membakar sebatang dupa, ia melihat ke belakangnya dan mengerutkan kening.
"Sungguh aneh semua kelelawar itu tiba-tiba muncul," pikirnya. Ia berjalan mundur sedikit dan menemukan satu dari kelelawar yang telah ia bunuh dengan sebuah pedang terbang, dan setelah mengamatinya dengan saksama, matanya berkilau.
"Ini bukan kelelawar berkepala dua biasa, mereka kelelawar urat ungu! Mereka juga berbisa, tetapi berbeda dengan kelelawar berkepala dua biasa, yaitu taring mereka adalah bahan utama untuk obat roh tingkat-2 Dupa Membakar Darah!
"Saat di sekte, kau bisa menjual taring seperti ini seharga lima puluh poin prestasi per taring." Bai Xiaochun langsung merasa gembira. Tidak banyak orang yang akan mengenali bahwa kelelawar-kelelawar ini sesungguhnya terdaftar dalam volume kelima makhluk roh.
Merasa sangat gembira, ia mulai mengumpulkan bangkai-bangkai kelelawar ini. Tidak butuh waktu lama sebelum ia mendapatkan sepuluh kelelawar, yang kemudian ia ekstraksi taringnya.
"Bagaimanapun kelelawar-kelelawar ini tidak sekuat itu …." ia berkata, terkekeh. Segera, sebuah perisai muncul di sekelilingnya, dan ia mulai mencari di dalam hutan itu. Tak lama kemudian, seluruh kelompok kelelawar urat ungu terbang ke arahnya.
Dengan cepat dia melakukan gerakan mantra dengan tangan kanannya, mengirimkan sebuah pedang terbang melesat ke arah kelelawar-kelelawar itu. Kecepatan pedang itu luar biasa, dan sebelum kelelawar-kelelawar itu bahkan dapat mendekatinya, suara-suara jeritan kesengsaraan memenuhi udara, dan banyak kelelawar mulai berjatuhan di tanah. Beberapa yang berhasil menghindari pedang itu terhantam perisainya dan terkirim berputar menjauh.
Bai Xiaochun mengumpulkan kelelawar-kelelawar mati itu. Menyadari bahwa ia sesungguhnya tidak dalam bahaya, ia merasa jauh lebih santai. Membusungkan dadanya dengan bangga, ia terus mencari di dalam hutan.
Ada gaya dalam caranya mencari jalan, mengumpulkan semakin banyak dan semakin banyak taring ….
Empat jam kemudian, Feng Yan keluar dari hutan itu ke titik berkumpul yang ditentukan di puncak gunung. Di sana, ia duduk bersila, dengan sedikit senyuman di wajahnya saat ia menunggu.
Dua jam lagi berlalu, dan Du Lingfei melesat dari pepohonan, tampak sangat basah kuyup. Saat ia mengebut naik ke gunung itu, ia menoleh ke belakang dengan cemas ke arah hutan yang gelap itu. Akhirnya, ia mencapai Feng Yan, dan menyadari bahwa Bai Xiaochun tak terlihat.
"Bai Xiaochun belum keluar?" Ia bertanya.
Feng Yan mendesah dan menggelengkan kepalanya. "Aku berharap yang terbaik untuk Adik Bai. Sayangya, kelelawar berkepala dua paling aktif di malam hari. Jika kita kembali masuk ke hutan untuk mencarinya, kita akan berada dalam bahaya." Agar segalanya tampak lebih realistis, ia tidak beristirahat, tetapi sebaliknya menjulurkan lehernya dengan cemas ke arah hutan, seolah-olah ia menunggu Bai Xiaochun untuk muncul.
Du Lingfei tetap diam. Meskipun ia membenci Bai Xiaochun, dia tidak sangat membencinya hingga mengharapkan ia mati. Bagaimanapun, mereka rekan-rekan anggota sekte yang sama. Akhirnya, ia duduk bersila dan memandang ke bawah ke hutan, mendesah.
Waktu berlalu, dan segera hari menjelang fajar.
Setelah menunggu sepanjang malam tanpa melihat Bai Xiaochun, Du Lingfei merasa sangat gelisah.
Feng Yan bangkit berdiri. Setelah terjaga sepanjang malam, matanya merah darah saat ia memandang dengan sedih ke arah hutan itu. "Jika ia belum muncul hingga saat ini, aku takut itu berarti bahwa Bai Xiaochun … telah menemui bencana. Ini semua kesalahanku. Jika aku tidak menyarankan untuk melewati hutan itu, Adik Bai tidak akan … ai."
"Kakak Feng, jangan salahkan dirimu," kata Du Lingfei. "Siapa sangka bahwa akan ada kelelawar dua kepala di tempat ini? Mungkin Bai Xiaochun belum mati. Selain itu, jika ia mati, maka sebagai rekan murid, kita harus pergi mengambil mayatnya!" Dia tidak merasa yakin apa tepatnya emosi yang ia rasakan, yang merupakan sensasi yang sangat aneh. Meskipun Bai Xiaochun mengesalkannya, entah mengapa ia merasa terganggu. Bagaimanapun, tidak ada dendam yang mendalam di antara mereka berdua.
Feng Yan mendesah dan mengangguk dengan serius. "Kau benar, Adik Du. Apa pun yang telah terjadi, kita tak dapat menyerah saja untuknya."
Dengan itu, mereka berdua bersiap untuk turun gunung untuk memulai pencarian.
Namun, hanya sesaat kemudian mereka melihat Bai Xiaochun berjalan keluar dari antara pepohonan, menguap. Segera setelah Bai Xiaochun keluar dari hutan itu, ia meregangkan tubuhnya dengan malas.
Mata Du Lingfei melebar, dan Feng Yan nyaris tak dapat memercayai apa yang dilihatnya saat Bai Xiaochun dengan santai mulai berjalan naik di jalur gunung itu.
Dia tampak seolah-olah baru bangun dari tidur yang nyenyak. Ia tampak gembira dan energetik, berlawanan dengan Feng Yan dan Du Lingfei, yang lelah karena tidak istirahat semalam.
Segera, Bai Xiaochun berada di puncak gunung itu. Ketika ia melihat Feng Yan dan Du Lingfei, ia bergegas mendekat dan berseru, "Selamat pagi! Kakak Feng, Kakak Du, hutan itu sangat mengerikan! Aku nyaris kehilangan nyawaku yang kecil ini."
Bai Xiaochun benar-benar beristirahat dengan nyaman malam itu. Setelah membabat habis kelelawar di seluruh hutan itu, ia tidak hanya mendapat keuntungan besar, ia juga telah menemukan gua kelelawar itu, di mana ia tidur dengan nyaman.
Ekspresi yang tak sedap dipandang dapat terlihat pada wajah Du Lingfei saat ia melotot pada Bai Xiaochun. Mendengus dingin, ia teringat kembali pada perasaan rumit yang ia rasakan, dan tiba-tiba merasa lebih kesal terhadap Bai Xiaochun.
Kilau dingin melintas di mata Feng Yan, meskipun ekspresinya gembira. "Adik Bai! Aku sangat senang melihat kau selamat. Kami khawatir mengenai dirimu sepanjang malam."
Bai Xiaochun terkekeh, dan meskipun ekspresinya tampak normal, jauh di dalam matanya, kilau dingin berkelip.
Segera, mereka bertiga melanjutkan perjalanan kembali, duduk di dalam kapal layar. Mempertimbangkan apa yang baru saja terjadi, Bai Xiaochun menyarankan agar mereka terbang dengan kapal itu pada malam hari dan melanjutkan berjalan kaki pada siang hari. Tumben, Du Lingfei setuju, dan adapun Feng Yan, setelah berpikir sejenak, ia mengangguk.
Maka, mereka berlanjut di sepanjang Sungai Rentang Surga saat mereka menuju ke arah Bagian Hilir.
Satu bulan berlalu.
Ini adalah perjalanan terjauh yang pernah dilakukan Bai Xiaochun seumur hidupnya. Ia melihat banyak gunung dan hutan, tempat-tempat tanpa tanda-tanda kehidupan manusia sama sekali, dan segalanya seperti hutan belantara yang luas
Pada satu titik dalam perjalanan mereka, tanah mulai bergetar, dan Bai Xiaochun melihat ke pegunungan yang jauh untuk melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. Itu adalah raksasa besar yang tertutup bulu tebal, yang menyebabkan tanah berguncang dengan setiap langkah yang diambilnya.
Pemandangan raksasa itu menyebabkan Bai Xiaochun terkesiap.
Satu malam ketika mereka terbang bersama, kilat jatuh di kejauhan, dan Bai Xiaochun melihat … seekor burung raksasa yang sebesar Puncak Awan Harum. Saat burung itu mendesing di udara, sambaran petir yang tak terhitung jumlahnya menari di seluruh tubuh burung itu. Hanya melihat makhluk seperti itu terbang di tengah malam benar-benar mencengangkan.
Hal yang paling mengesankan yang dilihat Bai Xiaochun adalah saat siang hari ketika ia melihat seekor hewan ganas di tepi selatan sungai. Hewan itu memiliki empat kaki yang kekar, dan kepala sebesar gunung. Tiba-tiba, seekor buaya emas raksasa sepanjang 30.000 meter keluar dari dalam Sungai Rentang Surga dan melahap makhluk pertama itu. Adapun buaya itu tenggelam kembali ke dalam sungai, ia melemparkan tatapan dingin pada Bai Xiaochun dan yang lainnya.
Sekali pandang menyebabkan pikiran mereka berputar, dan darah mengalir keluar dari sudut-sudut mulut mereka. Rasa sakit menyobek mata mereka, dan diperlukan waktu lama bagi mereka untuk pulih.
Bai Xiaochun menggigil dan kemudian bergumam, "Mengerikan. Dunia luar begitu mengerikan!"