Qin Zhi'ai membeku bagaikan sedang menjalani akupuntur dan ditusuk di tempat yang tepat.
Setelah setengah menit berlalu, ia tidak juga menjawab, maka Gu Yusheng memutar kepalanya perlahan dan berkata, "Bagaimana jika pukul tiga?"
Sebenarnya, ia tidak mengerti makna yang tersirat dari kata-kata Gu Yusheng, tetapi ia mengangguk tanpa sadar ketika Gu Yusheng bertanya apakah ia setuju dengan itu.
Melihat Qin Zhi'ai mengangguk, Gu Yusheng pun pergi tanpa mengatakan apa pun.
Qin Zhi'ai diam di bawah bagaikan patung untuk beberapa saat, dan akhirnya kesadarannya pun kembali.
"Kapan?"
"Bagaimana jika pukul tiga?"
Ia mengulangi kata-kata Gu Yusheng jutaan kali, kemudian tertawa.
Gu Yusheng menerima undangannya….Apakah itu berarti ia mempunyai perasaan khusus untuknya? Jika tidak, mengapa ia bisa mengantarkan Qin Zhi'ai pulang tanpa menanyakan alamatnya?
Pada saat itu, Qin Zhi'ai berlari pulang dengan hati senang, bagaikan dunia ini adalah miliknya. Bahkan dari dua hari sebelum kencan mereka, ia membuka lemari pakaiannya dan mulai memilih gaun mana yang akan dia pakai pada hari itu.
Bahkan setelah sekian tahun berlalu, Qin Zhi'ai masih ingat dengan jelas bagaimana senangnya ia pada waktu itu.
Ketika ia memandang foto kelulusan sekolah menengah Gu Yusheng di meja dan memikirkan tentang malam dimana ia memeluk selimutnya sambil tertawa di dalam mimpinya, Qin Zhi'ai tidak bisa menahan senyumnya.
Qin Zhi'ai tidak sadar ketika ia mengulurkan tangannya untuk mengambil foto kelulusan itu, tiba-tiba, seseorang menyambar pergelangan tangannya sebelum jari-jarinya sempat mencapai pinggiran meja di samping tempat tidur.
Qin Zhi'ai terkejut dan memalingkan matanya dari foto itu kepada tangan yang memegang pergelangannya. Ia mengerutkan kening, matanya menyusuri tangan itu, ke lengannya dan melihat wajah acuh tak acuh Gu Yusheng.
Ia tertegun sejenak, tapi segera sadar dengan cepat ketika ia melihat teh jahe yang ada di tangannya.
Gu, Gu Yusheng, apakah ia datang ke atas untuk menemuiku? Kapankah ia masuk? Mengapa aku tidak mendengar apa-apa?
Dengan segala hal yang bermunculan dalam pikirannya , Qin Zhi'ai tiba-tiba teringat pada sumbat telinganya yang masih terpasang. Ia tidak pernah menyangka dirinya akan bisa menjadi linglung. Pada saat ini, ia tidak yakin apakah Gu Yusheng sempat melihat reaksinya. Jika ya, Gu Yusheng pasti tahu bahwa ia hanya berpura-pura sakit.
Qin Zhi'ai merasa takut dan melepaskan sumbat telinganya. Karena ia tidak tahu sejak kapan Gu Yusheng masuk ke dalam ruangan, maka ia tidak berani berkata apa pun. Meskipun ia berusaha keras untuk terlihat tenang, jari-jarinya yang gemetar menunjukkan ketakutan dan kegelisahannya.
Ruangan tetap sunyi selama kurang lebih setengah menit. Qin Zhi'ai mendengar sebuah suara yang halus, kemudian ia membuka matanya dan melihat Gu Yusheng meletakkan cangkir pada meja di samping tempat tidur.