Khawatir akan terlihat oleh Gu Yusheng, Qin Zhi'ai segera berhenti melangkah. Melihat ke kiri dan ke kanan, ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam kamarnya lagi.
Ia menutup pintu, mengitari rumah dengan risau, mencoba menemukan tempat untuk bersembunyi.
"Tuan Gu, hati-hati melangkah." Sopir, Xiaowang, terdengar berbicara dari luar pintu yang tertutup.
"Jangan khawatir," Gu Yusheng berkata dengan tenang. Sangat berbeda dengan sifat Gu Yusheng yang biasanya cepat marah. Qin Zhi'ai yang selalu menjadi seseorang yang memancing kemarahannya, tiba-tiba melompat ketakutan. Ia mencoba untuk mencari tempat bersembunyi seperti lalat yang terbang tanpa tujuan. Ia menarik sebuah selimut, mengambil bantal dari sofa, membuka laci meja riasnya…..Akhirnya ia menyadari, tidak ada satupun tempat di sini yang bisa dipakai bersembunyi.
Suara langkah kaki semakin mendekati pintu.
"Ya ampun! Bagaimana ini? Matilah aku! Matilah aku!" Qin Zhi'ai bergumam dengan panik.
Langkah kaki itu berhenti tepat di pintu. Kenop pintu diputar, dan sedikit suara dapat terdengar.
Petir seperti menyambar di seluruh tubuhnya, semua bulu kuduknya berdiri seketika. Ia mengamati sekelilingnya sekali lagi, dan tanpa pilihan lain, ia terjun ke karpet, merangkak, dan bersembunyi di bawah meja kopi.
Pintu terbuka dan Gu Yusheng, bersama dengan Xiaowang masuk ke dalam.
Dalam waktu sepuluh detik, Qin Zhi'ai, yang wajahnya menempel rapat ke lantai, melihat ada empat kaki berjalan mendekatinya.
Ia tidak bisa bernapas sambil memandang dengan gugup pada dua pasang sepatu itu tanpa berkedip. Tepat ketika ia merasa keduanya sudah sangat dekat sampai bisa menendang dahinya, mereka akhirnya berhenti.
Qin Zhi'ai menghembuskan napas lega. Sepasang kaki yang berada paling dekat dengannya, mengangkat celananya, menunjukkan sepasang pergelangan kaki berkulit putih.
Qin Zhi'ai mengenalinya sebagai kaki Gu Yusheng. Ia tampaknya sedang duduk tepat di depannya.
"Tuan Gu, Pengurus rumah sedang tidak ada hari ini. Apakah anda dapat mengurus keperluanmu sendiri?" suara Xiaowang yang sopan mengisi ruangan.
Tapi hanya keheningan yang menjawabnya, maka setelah beberapa waktu, ia berkata lagi,"Tuan Gu, saya lihat di berita kemarin bahwa Nona Liang akan mengakhiri pengambilan filmnya hari ini. Ia mungkin dalam perjalanan kembali ke Beijing. Apakah anda ingin saya menghubunginya dan menanyakan apakah ia sudah tiba supaya ia bisa pulang dan…"
Xiaowang belum menyelesaikan kalimatnya, dan Gu Yusheng, yang masih tetap terdiam sejak memasuki ruangan, tiba-tiba berkata dengan suara yang rendah dan tidak sabar. "Tidak mudah bagiku untuk menyingkirkannya dari pandanganku dan memiliki waktu yang tenang, mengapa kau harus memintanya pulang.
Xiaowang ditegur dan tidak berani berbicara lebih jauh.
Qin Zhi'ai, yang sedang bersembunyi di bawah meja kopi, mengatupkan bibirnya. Meskipun tidak ada yang dapat melihat kekecewaannya, ia melihat ke bawah dan menyembunyikan kesuraman di matanya.
Ruangan itu kembali sunyi. Gu Yusheng sepertinya telah memberi tanda pada Xiaowang untuk pergi, ketika ia kembali berbicara. "Tuan Gu, saya akan pergi dulu. Jika anda membutuhkan bantuan, silakan hubungi saya kapan saja".
Gu Yusheng, lagi-lagi tetap diam. Setelah beberapa detik, Qin Zhi'ai melihat dua dari sepatu-sepatu itu bergerak menuju sisi yang lain dan akhirnya pergi.
Setelah pintu ditutup dengan bunyi klik, ruangan menjadi sunyi kembali seperti semula.