Ketika Qin Zhi'ai sedang kehilangan fokusnya, Lu Bancheng mengeraskan suaranya dan berteriak ke dalam ruangan, "Kakak Sheng!"
Lu Bancheng bersuara sangat keras hingga ruangan itu tiba-tiba hening dan semua orang menoleh padanya.
Gu Yusheng lah yang paling telat bereaksi dibanding yang lainnya. Ia menolehkan kepalanya sedikit dan melihat Qin Zhi'ai berada di pintu. Tampaknya ia sedikit terkejut dan merasa penasaran mengapa Qin Zhi'ai ada di sana.
Ketika semua orang sudah tersadar kembali, mereka menyapa Qin Zhi'ai. "Itu adalah Nyonya Gu. Mari, masuklah."
Gu Yusheng mengeluarkan ekspresi terkejut dan bangun dari sofa. Ia berjalan menuju pintu.
Gu Yusheng tampak senang berbicara dengan teman-temannya. Masih ada senyuman pada wajahnya ketika ia berdiri di depan Qin Zhi'ai. Senyuman itu membuatnya tampak santai dan penuh canda.
Lu Bancheng segera menutup pintu kembali setelah Gu Yusheng keluar dari ruangan.
Suara-suara di dalam ruangan pun terhalang oleh pintu yang tertutup. Koridor di depan kamar menjadi terlalu hening untuk mereka.
Gu Yusheng memandang Qin Zhi'ai sekilas dan melihat Qin Zhi'ai tidak punya niat untuk berbicara. Gu Yusheng pun tidak mengatakan apa pun. Ia hanya memegang rokoknya, mencabutnya, dan berjalan menuju kamar Qin Zhi'ai.
Gu Yusheng berbalik untuk melihat Qin Zhi'ai. Ia mengangkat dagunya ke atas sebagai tanda bagi Qin Zhi'ai untuk membuka pintu.
Qin Zhi'ai segera mengambil dua langkah, menggesekkan kartu kamar di pintu, dan membukanya. Ia tidak berjalan lebih jauh. Sebaliknya, ia memberikan kartu kamarnya kepada Gu Yusheng, yang juga sedang berjalan memasuki ruangan.
Gu Yusheng mengerutkan dahinya sedikit dan memandang kartu kamar itu. Gu Yusheng tidak mengambil kartu itu, tetapi tangannya bergerak di sepanjang tangan dan lengan Qin Zhi'ai, terus ke atas sampai ke wajahnya. Gu Yusheng tidak mengatakan apa pun, tetapi pandangan pada wajahnya dapat menjelaskan segalanya.
Qin Zhi'ai tahu Gu Yusheng pasti bertanya-tanya mengapa ia memberikan kartu kamar itu kepadanya. Qin Zhi'ai merapatkan bibirnya dan menjelaskan pada Gu Yusheng dengan nada pelan, "Sudah semakin malam. Aku harus pulang."
Gu Yusheng mengerutkan dahinya lebih lagi. Tampilannya yang santai seperti ketika ia keluar dari ruangan itu dengan segera menghilang. Amarahnya yang agresif mulai muncul kembali.
Qin Zhi'ai takut pada Gu Yusheng setiap kali ia tampak agresif ataupun emosi. Dengan refleks Qin Zhi'ai melangkah mundur. Pikirannya tanpa sadar berputar cepat. Ia menciptakan alasan yang lemah dan berkata, "Zhou Jing meneleponku dan memintaku untuk membicarakan naskah bersamanya."
Gu Yusheng berdiri diam di depan Qin Zhi'ai. Sebelum Qin Zhi'ai selesai berbicara, Gu Yusheng tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menarik tas tangan Qin Zhi'ai.
Gu Yusheng menggeledah tas Qin Zhi'ai tepat di depannya. Setelah meraba-raba di dalam tas, ia mengeluarkan telepon Qin Zhi'ai dan mencoba untuk membuka kuncinya. Layar teleponnya tampak berwarna hitam. Gu Yusheng menahan tombol power selama satu menit. Tampak tulisan pada layar, "Baterai lemah, silakan isi daya."
Gu Yusheng mengangkat telepon itu di depan wajah Qin Zhi'ai tanpa berkata apa-apa. Ia hanya tertawa pelan.
Qin Zhi'ai ketakutan akan tawa Gu Yusheng yang palsu dan sinis, lalu melangkah mundur.
Reaksi Qin Zhi'ai membuat Gu Yusheng kesal, bagai menyulut sebuah bom. Gu Yusheng mengangkat tangannya dan melemparkan telepon seluler Qin Zhi'ai ke lantai.