Sering kali, sesuatu tidak berjalan seperti yang kita inginkan.
Qin Zhi'ai merasa perutnya kram dan kembung sementara ia hanya tinggal mempunyai sepertiga cangkir air panas.
Ia tahu itu adalah tanda-tanda kram saat menstruasi.
Setelah ide itu terbersit di kepalanya, Qin Zhi'ai mulai merasakan sakit lagi di perutnya selama lima menit berikutnya.
Rasa sakitnya tidak berlangsung lama, tetapi begitu menyakitkan hingga tangannya gemetar. Air panas pun memercik dari cangkir mengenai tangan Qin Zhi'ai.
Qin Zhi'ai tidak peduli sama sekali dengan rasa sakit terpercik air panas di tangannya. Ia segera meletakkan cangkirnya, mengambil bantal dan mendekapnya di perut.
Ia mulai merasakan lagi sakitnya berdenyut tak lama setelah ia mendekap bantal. Rasa sakitnya itu mulai pudar, tetapi kadang menusuk.
Qin Zhi'ai merasa sangat kesakitan sehingga ia pun meringkuk di sofa dengan mata tertutup. Ia tetap dalam posisi itu untuk waktu yang lama. Tanpa tahu berapa lama semuanya ini akan berlalu, ia mendengar bunyi bel pintu berdering.
Qin Zhi'ai membuka matanya dengan perlahan dan menarik dua napas panjang sebelum ia berdiri sambil mengertakkan giginya untuk menambah kekuatannya. Ia berjalan menuju pintu.
Xiaowang datang dengan tas plastik di tangannya. "Nona Liang, ini gaunmu."
Qin Zhi'ai tersenyum. Ia tidak mengambil tas plastik itu sampai ia merasa sakitnya menghilang. Ia berkata dengan nada rendah," Terima kasih."
"Nona Liang, saya memberi tahu Tuan Gu kalau saya berada di sini. Anda bisa mengganti baju terlebih dahulu. Tuan Gu akan datang untuk menjemput anda segera," Xiaowang berkata.
"Baik." Qin Zhi'ai menyunggingkan senyuman pada wajahnya. Ia menutup pintu dengan tenang dan perlahan. Qin Zhi'ai bersandar pada pintu dan menutupi bagian bawah perutnya dengan tangan dan mulai benapas dengan berat.
Qin Zhi'ai membawa gaun itu ke kamar mandi setelah ia merasa sakit pada perutnya berkurang. Ia berjalan keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaiannya dan menyisir rambutnya yang sedikit berantakan.
Qin Zhi'ai duduk di pinggir tempat tidur dan menekan dengan keras perut bagian bawahnya. Ia beristirahat dengan mata tertutup untuk beberapa saat sebelum bel pintu berbunyi lagi.
Ia tahu itu adalah Gu Yusheng.
Qin Zhi'ai menelan ludah dan mengambil dompetnya untuk berjalan ke pintu dengan kakinya yang lemah.
Ia tidak segera membuka pintu. Sebaliknya, ia memandang dirinya di cermin.
Ia tidak tampak terlalu buruk karena rias wajahnya. Hanya ada sedikit keringat di dahinya.
Ia menarik selembar tisu dari kotak tisu untuk mengelap keringatnya. Ia memastikan bahwa ia terlihat bagus sebelum ia membuka pintu.
Mungkin karena beberapa lama kemudian Qin Zhi'ai baru membukakan pintu, Gu Yusheng terlihat sedikit kesal.
Xiaowang sudah membelikannya sebuah gaun panjang berlengan. Ekspresi wajah Gu Yusheng terlihat lebih tenang sedikit setelah ia memandang Qin Zhi'ai dari atas ke bawah, memastikan bahwa kulitnya tidak terlihat. Ia berkata dengan tenang ," Mari kita pergi," sebelum ia berbalik dan memimpin jalan menuju lift.
Saat Qin Zhi'ai berjalan, bagian bawah perutnya terasa lebih sakit lagi. Qin Zhi'ai khawatir jika Gu Yusheng menyadari sesuatu yang tak biasa. Qin Zhi'ai mencoba sedapat mungkin untuk terlihat anggun, maka ia berjalan dengan sedikit perlahan.