Chereads / Dahulu, Aku Mencintaimu / Chapter 107 - Mata Indah yang Memikat Hati (7)

Chapter 107 - Mata Indah yang Memikat Hati (7)

Ia berusaha keras untuk mengingat, tetapi tidak berhasil menemukan hal apa pun yang berhubungan dengan suara itu.

Ia merasa pasti sudah mengkhayal atau salah mendengarnya karena suara angin yang kuat di jalan.

Gu Yusheng merasa dirinya saat itu akan menjadi Gu Yusheng yang liar dan tak memperhatikan apa pun, tak peduli seberapa lelah ia mendengar Liang Doukou menyebut namanya. Ia berpikir itu akan menjadi masalahnya, tetapi perasaan jengkel itu menjadi lebih buruk ketika ia melihat Liang Doukou menghindarinya.

Gu Yusheng melakukan banyak hal yang ia sendiri tidak dapat mengerti.

Misalnya, ia pulang ke rumah tanpa ada yang menyuruhnya melakukan itu. Pada suatu hari itu, ia pergi menjemput Liang Doukou di tengah hujan. Ia bahkan meminta Xiaowang untuk membelikan bubur untuk Liang Doukou.

Gu Yusheng tenggelam dalam pikirannya untuk sesaat, kemudian mencoba untuk menarik dirinya kembali pada kenyataan.

Gu Yusheng memandang bubur yang sudah dingin itu dengan pandangan kosong. Pemikiran itu membuatnya sakit kepala, tetapi ia tetap belum mendapatkan jawaban. Ia menggelengkan kepalanya dua kali dan mengeluarkan rokok.

Ia berpikir pada dirinya sendiri, Terserah. Ia ingin berhenti memikirkan jika ia tak bisa memahaminya.

Gu Yusheng tidak ingin menikah ataupun menjalin hubungan. Ia tidak ingin jatuh cinta pada wanita manapun. Ia telah bertingkah aneh akhir-akhir ini. Ia pasti sudah menjadi gila. Ia akan menjadi normal lagi seiring berjalannya waktu.

Gu Yusheng memuaskan dirinya sendiri dengan penjelasan ini. Ia mengulangi pesan ini beberapa kali sebelum akhirnya ia merasa lebih baik. Perlahan ia berdiri dan berjalan ke meja. Ia menghubungi meja resepsionis dan meminta petugas pembersih untuk datang dan membersihkan kamarnya. Setelah itu ia mengambil pakaiannya dan mengenakannya sebelum berjalan ke kamar yang lain.

Lu Bancheng tidak segera berbicara pada Gu Yusheng setelah melihatnya masuk, karena ia masih kesal pada Gu Yusheng. Lu Bancheng duduk agak jauh dari Gu Yusheng dan memperhatikannya sejenak. Gu Yusheng tampak sudah tenang. Lu Bancheng memegang telepon selulernya dan menghampiri Gu Yusheng. "Kak Sheng, Wu Hao akan terbang ke Beijing besok pagi. Ia bertanya jika kita punya waktu untuk makan siang bersama."

Gu Yusheng memang tampak tenang. Ia meggoyangkan gelas anggurnya dan menjawab Lu Bancheng, "Tentu."

"Di mana kita akan makan? Haozi menunggu kita memberikan alamatnya," kata Lu Bancheng.

"Kau…" Gu Yusheng ingin memintanya memutuskan, tetapi ia terdiam kembali setelah baru satu kata. Ia memikirkan Liang Doukou. Ia melihat kakinya berdarah ketika ia mencoba menunduk pada mobil yang bersih. Kakinya tampak sangat menyakitinya. Xiaowang sudah pergi dengan terburu-buru, sehingga Gu Yusheng tidak sempat menyuruhnya membeli perlengkapan P3K untuk Liang Doukou. Gu Yusheng tidak tahu mengapa ia memikirkan Liang Doukou lagi saat ia berada di rumah. Ia menaikkan gelasnya dan menelan anggur. Ia berkata pada Lu Bancheng,"Kau yang putuskan."

"Haozi berkata ia ingin pergi ke rumahmu. Ia tidak pernah melihatnya setelah engkau membelinya dan melakukan renovasi. "Lu Bancheng menggigit bibirnya dan berhenti berbicara