Pemain profesional lain sudah mulai menjauhkan diri darinya dengan sengaja maupun tidak.
Mereka, yang dekat dengannya, sudah mulai membujuknya untuk menyerah. Paling tidak, dia masih bisa memberikan bimbingan di klub.
Pada saat itu, dia berdiri di pintu masuk dengan lantai yang dipenuhi puntung rokok.
Jari-jarinya mati rasa karena kedinginan, tetapi seseorang masih tertawa. "Hei, bukankah itu Dewa Yin? Kenapa di sini? Apa kamu mungkin di sini buat bermain? Atau apa kamu di sini untuk memberikan bimbingan? Siapa yang kemarin bilang nggak setuju dengan cara kami bermain, ceramah soal bagaimana keterampilan itu penting? Tapi akhirnya, bukannya kamu di sini untuk memberikan kami arahan? Aku kira kamu bisa mengisi posisi asisten juga."
Di dunia ini, siapa yang tidak akan merasa jijik dengan siksaan pedih semacam ini?
Orang-orang yang tak layak itu sebagai manusia itu menghina mempermalukan esports yang sangat ia cintai.