Dia mencium orang yang berdiri di depannya seakan-akan tak ada orang di sekitarnya.
Ketika napas tak terduga yang membawa hawa dingin sedingin salju membekas di bibir Fu Jiu, pikirannya menjadi kosong.
Aroma tembakau samar-samar tak memberinya kesempatan untuk menolak.
Bisa dikatakan bahwa tak pernah terbayang kalau Qin Mo akan benar-benar menciumnya
Karena menurut tahun-tahun sebelumnya, Qin Mo seharusnya pergi.
Namun, di momen ini, semua orang terpana.
Sulit untuk menggambarkan ekspresi semua orang.
Fu Jiu ingin melawan Qin Mo dengan keterampilan bertarung yang biasanya, tetapi pria itu lebih cepat darinya. Qin Mo menekan pergelangan tangan Fu Jiu dan memegang bagian belakang kepala anak itu dengan tangan yang lain.
Sosok jangkung dan tegap itu cuman membungkuk ke depan, yang mana memperkuat tekanan ciumannya.