Luoluo terdiam tetapi dia tidak menyangkal.
Xiao Jing meletakkan tangannya di atas kepala Luoluo lagi. "Tapi tanpamu, aku nggak akan bisa hidup bahagia, aku nggak ingin bermain game dan bahkan nggak mau melakukan penelitianku lagi. Meski sudah terlambat, aku masih ingin mengatakan ini. Luoluo, mungkin aku sudah menyukaimu sejak lama, tapi aku tidak mengerti seperti apa rasanya. Aku pikir aku memperlakukanmu dengan baik karena kamu adalah rekan satu timku."
Mata Luoluo membeku dan jantungnya mulai berdetak tak karuan.
Xiao Jing merendahkan suaranya. "Menjadi guru itu nggak buruk dan pendidikan nggak begitu penting. Aku punya tingkat pendidikan tinggi, tapi aku kehilangan orang yang aku suka."
Luoluo membuka mulutnya dan baru saja akan mengatakan sesuatu ketika Mama Luo memanggil mereka untuk makan siang.
Xiao Jing mendongak. "Mari, kalau benar-benar tidak nyaman, aku bakal pergi ketika waktunya tiba."