Tepat saat pria pirang itu hendak mengatakan sesuatu, Qin Mo menarik kembali pandangannya. Wajah elegannya sedikit mengintimidasi. "Ke mana orang ini akan pergi nanti?"
Pria pirang itu bingung dan bertanya, "Ah, orang yang mana?"
"Bajingan yang kamu maksud." Nada suara Qin Mo masih acuh tak acuh.
Pria itu akhirnya merasa lega. "Qin, kamu ingin menghajar dia juga, kan?"
"Tidak." Tatapan Qin Mo mendarat di wajahnya. Auranya mulia. "Tanganku akan kotor jika memukuli seseorang seperti ini."
Pria pirang itu: … Ini adalah pertama kalinya dia merasa kata-kata bisa digunakan seperti ini. Ini bahkan lebih menenangkan daripada memukuli orang itu.
Pria pirang itu mengendalikan keinginannya untuk tersenyum. Lalu dia akhirnya membuka mulutnya dengan bingung. "Qin, jika kamu tidak ingin mengalahkannya, mengapa kamu bertanya kemana dia akan pergi?"
"Karena," Qin Mo berhenti mengetukkan jarinya ke jendela mobil, "dia akan menjadi target Z hari ini."