Sejak beberapa waktu yang lalu, tamu kecil yang muncul telah menatapnya. Qin Mo menurunkan matanya dari tatapan tamu kecil itu dan bertemu dengan mata hitam serta putih itu. Yang membuatnya terdiam adalah bahwa dialah satu-satunya yang ada di mata tersebut. Di bawah cahaya yang bertebaran, dia melihat dirinya di mata orang itu.
Matanya agak besar. Itulah satu-satunya pikiran Qin Mo. Gadis itu tidak tampak seperti orang yang baru saja berbicara. Sepertinya anak itu berpura-pura berperilaku baik. Dia belum pernah melihat siapa pun yang berpura-pura berperilaku baik macam itu.
Si tamu kecil menatapnya dengan menantang. Qin Mo baru saja akan mengambil langkah ketika anak kecil itu menoleh ke kakeknya dan berseru, "Halo, Kakek."
Selanjutnya, anak itu berlari ke arahnya dan mendorong celengan di tangannya ke arahnya, ekor macannya bergoyang-goyang di belakangnya. "Momo, berapa kamu per pon? Aku mau membelimu."