Chapter 98 - Ciuman dari Pemuda Idaman

Ye Wan Wan mengira Si Xia tidak datang untuk latihan hari ini jadi dia memakai lipstik berwarna ungu.

Melihat Si Xia datang menghampirinya, tiba-tiba Ye Wan Wan bertanya, "Um, apa kau mau aku mengganti warna lipstikku?"

Ye Wan Wan ingat bagaimana Si Xia tidak tahan dengan warna lipstiknya itu.

Si Xia menatapnya dan kehangatan yang tidak biasa terbesit dari matanya, "Tidak perlu, sudah bagus."

Ye Wan Wan: "…!!!"

Apa? bagus?

Adakah orang yang bisa menyelamatkan aku dari pemuda ini?!

Ye Wan Wan begitu gugup membuatnya mulai mengaplikasikan riasan wajah untuk menenangkan dirinya, namun eyelinernya tidak teraplikasikan dengan rata karena tangannya gemetar dan bahkan dia mengacaukan lipstiknya.

Si Xia melihat wajah Ye Wan Wan dan sebuah senyuman terbesit pada raut wajahnya yang lembut, tetapi kemudian dia menghela napas dan berkata, "Ayo mulai latihan!"

Saat Si Xia sendiri ingin mulai latihan, sekelompok murid perempuan di sekitarnya tidak dapat berkutik dan hanya bisa duduk dan menontonnya dengan terpaksa.

Latihan dari adegan terakhir "Bertemu pangeran" dimulai.

Setelah Putri Salju diracuni, seorang pangeran mengendarai kuda putih melewati hutan, tersesat dan secara kebetulan menemukan rumah mungil yang terbuat dari kayu. Di sana, pangeran melihat 7 kurcaci yang sedang meratapi Putri Salju.

Si Xia perlahan jalan menuju meja di mana Ye Wan Wan terbaring dan menatap wajah gadis itu dengan matanya yang bagaikan kaca yang dipenuhi dengan emosi dan kesedihan yang mendalam.

Semua orang yang melihatnya dipenuhi dengan kekaguman.

Wow! Kemampuan akting pemuda idaman itu hari ini sungguh di luar dugaan!

Peran Ye Wan Wan di dalam adegan tersebut sungguh menguji semua orang--para murid perempuan harus membayangkan si "jelek aneh" itu sebagai Putri Salju tercantik di dunia…

Setelah itu, adegan yang paling mengganggu baru akan dimulai--sang pangeran memberikan ciuman cinta sejatinya untuk membangunkan Putri Salju yang sedang tertidur.

Si Xia membelai lembut rambut gadis itu. Dengan satu tangan disandarkan di sampingnya, sang pangeran lalu secara perlahan membungkukkan tubuhnya…

Gerakannya membuat semua gadis merona; dengan jantung yang berdegup kencang, masing-masing dari mereka seolah ingin naik ke panggung berbaring di tempat Ye Wan Wan.

"Oh sungguh menyebalkan! Aku juga ingin dicium oleh pemuda idaman!"

"Pemuda idaman itu bersikap terlalu baik dan lembut, tapi dia tetap memaksakan diri untuk berlatih adegan ini!"

"Tetapi seseorang di sini mengambil kesempatan dari kebaikannya! Dasar gadis tidak tahu malu!"

Semua orang menggertakkan giginya. Dengan perasaan yang terluka, mereka bersama-sama menyiapkan sebotol air minum dan tempat sampah untuk Si Xia.

Sementara, saat Si Xia membelai lembut rambut gadis itu, dia secara tidak sadar mengusap leher gadis itudan jemarinya seketika terasa kaku.

Kulit Ye Wan Wan putih susu lembu; satu kata terlintas di pikirannya saat dia menyentuhnya: halus.

Si Xia bergerak mundur sedikit dan segera menarik kembali jemarinya seolah dia baru saja terbakar sementara ujung telinganya mulai memerah. Dia segera menenangkan dirinya, membungkuk lagi dan beranjak mendekati gadis itu sedikit demi sedikit…

Cheng Xue, yang sedang melihat, seketika berdiri dan berteriak, "Apa yang sedang terjadi?!"

Semua murid perempuan lainnya pun merasa terkejut.

Mengapa Si Xia tidak melarikan diri seperti biasanya saat dia berada sedekat ini? Kali ini, dia benar-benar berada begitu dekat dan semakin dekat!

Semua orang menyaksikan saat jarak antara mereka berdua semakin dekat. Meskipun mereka sudah berada di posisi itu, mereka tidak perlu sedekat itu.

Sial! Apa yang terjadi? Mungkinkah Si Xia benar-benar ingin melakukannya?

Bahkan Ling Dong yang terganggu, melihat dari sudut ruangan, tiba-tiba raut wajahnya berubah saat dia sadar apa yang sedang terjadi.

Meskipun Ye Wan Wan menutup matanya, dia bisa merasakan hembusan napas Si Xia. Saat Ye Wan Wan merasa ada sesuatu yang tidak beres, dia segera membuka matanya. Kemudian, wajah Si Xia nampak tepat di hadapannya…