Chu Qiao benar-benar terpana. Dalam sekejap itu, benaknya membentuk sosok pria tersebut. Dengan lengan bajunya yang berkibar-kibar ditiup angin, perasaan seperti apa yang dialami pria tersebut hingga dia melemparkan separuh batu giok lainnya, sebelum ia berbalik menaiki kudanya, meninggalkan pohon tempat di mana orang-orang berdoa demi kedamaian dan ketenangan ini?
Kelenjar air mata gadis itu mulai sakit lagi, namun tidak ada air mata yang jatuh. Berdiri di sana diam-diam untuk waktu yang lama, deretan lentera festival mulai menyala, namun gadis itu tidak menyadarinya. Hanya ketika seorang pedagang yang menjual lentera warna-warni berjalan melewati dia baru akhirnya gadis itu kembali ke kenyataan.