Chu Qiao berdiri. Sakit di tubuhnya tak tertahankan, lalu rasa pusing karena demam menghantamnya bagai arus deras. Dia sudah tidak makan seharian dan semalaman, wajahnya seputih salju. Dia bersandar pada sebuah pohon dan menarik napas dalam beberapa kali untuk menenangkan diri, sebelum berbalik menuju hutan yang lebat.
"Kamu akan pergi begitu saja?" Zhuge Yue menaikkan alisnya dan mulai melangkah, berniat mengikutinya. Begitu dia mengangkat kakinya, Chu Qiao tiba-tiba berbalik badan, dan dengan suara mendesing, sebuah kilat putih melesat di udara. Bagai burung pipit yang lincah, kaki kiri Zhuge Yue mendorong kencang, dan dia melompat ke udara. Kilat putih tadi menggores wajahnya. Dengan suara mendengung, kilat itu melubangi batu tebal. Beberapa helai rambut melayang turun dan di pipi kiri Zhuge Yue ada bekas garis putih samar. Sesaat kemudian, keluar cairan merah tua dari garis putih itu. Tipis dan lurus, bagaikan silet yang memotong kertas.