Chapter 44 - Bab 44

Selain keluarga Muhe, semua keluarga kerajaan dan kekaisaran lainnya tenggelam dalam suasana riang dari perburuan. Mereka diam-diam senang akan kehilangan yang dialami keluarga Muhe; tidak ada seorang pun yang menunjukkan simpati sedkit pun. Muhe Xifeng menghabiskan banyak waktunya di area perbatasan, dan dia orang yang sangat suka menentang, dingin, dan keji.Tidak ada seorang pun yang mendukungnya. Dan lagi, semua orang mengira dia hanya tersesat di dalam hutan. Lagipula, tidak ada orang yang akan menjalankan rencana licik terhadap tokoh penting negara pada saat keamanan sedang begitu ketat.

Tentu saja, ini adalah anggapan mereka.

Pada saat ini, di dalam sebuah gua di tengah hutan barat laut yang lebat, Yan Xun melihat ke Muhe Xifeng yang terluka dan memar. Dia tersenyum mengejek dan berkata dengan nada rendah, "Tuan Muhe, bagaimana kabarmu?"

Muhe Xifeng mendongak dengan marah. Matanya menatap bagaikan serigala yang beringas. Tatapannya yang tajam tertuju pada Yan Xun saat dia berkata dengan dingin, "Yan Xun, kamu akan membayar atas perbuatanmu hari ini. Suatu hari, aku akan membuatmu menyesal sudah hidup di dunia ini."

Yan Xun menyeringai dengan nada menyindir.

Muhe Xifeng menggertakkan giginya, suara dia serak dan terdengar seperti bebek. Tatapannya terlihat gila saat dia berkata, "Tunggu saja. Aku takkan melepaskanmu. Aku sudah meniduri saudarimu, dan aku pun akan mendapatkan semua wanitamu yang lain. Yan Bei sudah tiada. Seluruh keluargamu sudah dipenggal layaknya anjing, hanya menyisakan baj*ngan yang pengecut dan tidak becus sepertimu, bertahan di napas terakhirmu, hanya demi terus hidup. Apa kamu berani membunuhku? Kamu tidak akan berani. Begitu aku mati, seluruh perburuan akan dihentikan dan semua orang akan mulai menginvestigasi. Keluarga Muhe kami tidak akan melepaskanmu; kamu tidak akan bertahan bisa bertahan lama. Apa kamu suka budak kecil itu? Kalau begitu, kamu bisa membawa dia ke neraka untuk berkumpul kembali dengan keluargamu. Kamu hanya bisa …."

Bahkan sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya yang jahat, pupil mata Muhe Xifeng membesar. Darah tersembur ke udara, mengalir turun di lehernya yang pucat.

Yan Xun melirik dengan hina ke wajah Muhe Xifeng yang panik. Dia berkata dengan nada yang menghina, "Dasar bodoh, kamu sudah menjadi tawanan dan masih terus membual tanpa malu."

Dengan suara pelan, tubuh Muhe Xifeng jatuh ke tanah. Yan Xun mengelap noda darah dari belatinya dengan bajunya lalu memerintahkan pelayan di sampingnya, "AhJing, umpankan dia ke macan. Jangan meninggalkan jejak yang bisa membawa keluarga Muhe kemari."

"Nona sudah bersiap untuk menjebak Zhao Che dan Wei Jing, apakah itu tidak apa-apa?"

Yan Xun mengangguk dan berjalan keluar dari gua, melompat naik ke atas kudanya. Dia berkata, "Lakukan saja apa yang dia perintahkan." Setelah itu, dia menunggang kudanya kembali ke kemah.

"Nona," Jia He berjalan ke dalam tenda dan berkata dengan nyaring, "Pangeran Yan sudah kembali."

Chu Qiao mengangguk dan bertanya, "Apakah kalian sudah menyelesaikan tugas itu?"

"Semua sudah dilaksanakan sesuai perintah anda. Tidak akan ada kesalahan."

"Baguslah." Chu Qiao mengangguk dan berkata, "Kalian semua, beristirahatlah dengan baik."

"Betul."

Tirai tenda mendadak dibuka, Yan Xun masuk ke dalam dengan kepala yang tertutup salju. Chu Qiao mendekat untuk membersihkan salju darinya dan bertanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"

"Semua baik-baik saja." Yan Xun melepaskan mantelnya saat dia duduk di depan perapian. "Besok pagi, kekacauan akan terjadi."

"Memang kenapa?" Chu Qiao menggelengkan kepalanya. "Tidaklah mungkin untuk memastikan siapa yang sudah membunuhnya. Dia sudah melakukan terlalu banyak kejahatan dan menyinggung terlalu banyak orang. Selama tujuh tahun di ibu kota, kita tampil lemah dan tidak melakukan banyak hal. Bagaimana mungkin kita mengambil risiko untuk melakukan kejahatan seperti itu pada saat penjagaan begitu ketat? Dan juga, Zhao Che dan Wei Jing baru saja kembali ke ibu kota. Dibandingkan dengan dendam antara Zhao Che dengan dia, kebencian antara Wei Jing dengan keluarga Muhe, terlalu memaksa jika mereka menuduh kita yang membunuhnya."

Yan Xun memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum. Dia bertanya, "Apakah dia mengganggumu semalam?"

Chu Qiao terkejut. Dia menggeleng dan tertawa. "Tidak. Memangnya kapan aku pernah diganggu?"

Yan Xun mengangguk dan berkata, "Itu bagus."

Salju turun dengan lebat di luar. Yan Xun mengambil secarik kertas yang sudah menguning lalu menghapus nama Muhe Xifeng dengan paksa. Dalam daftar nama musuh Yan Bei, sudah berkurang satu orang.

Di hari kedua perburuan musim semi, salah satu anggota generasi muda yang menonjol dari keluarga Muhe, Muhe Xifeng telah meninggal di dalam hutan Xi Bai. Macan memakan tubuhnya.Tengkoraknya retak dan dadanya robek, isi perutnya berserakan keluar. Ketika jasadnya ditemukan, lebih dari setengahnya sudah tidak ada. Jika ibu dari Muhe Xifeng tidak di sana, tak ada orang yang bisa mengenali jasad berantakan sang pewaris tertua keluarga Muhe yang suka mencari perhatian dan selalu bersemangat.

Suasana perburuan menjadi dingin mencekam. Muhe Xifeng sudah memimpin pasukannya bertahun-tahun, dan kemampuan bertarungnya di atas rata-rata. Umumnya, tiga puluh ataupun lima puluh orang akan kesulitan untuk mendekatinya. Seekor macan tidak akan sanggup membunuhnya. Dan juga, di tempat kejadian, tidak ada bekas pertarungan; pedangnya bahkan masih belum dicabut dari sarungnya. Karena banyak yang mencurigakan, sesepuh dari Muhe Xifeng mengajukan permintaan kepada Kaisar untuk memohon agar Pengadilan Shang Lu memeriksa kasus ini, karena mereka yakin seseorang telah membunuhnya.

Sejak itu, situasi meningkat tak terkendali. Pada saat itu, keluarga Muhe bisa mengetahui apapun yang sedang terjadi karena mereka yang paling berkuasa di dalam kekaisaran. Di dalam Dewan Tetua Agung, keluarga Mu dari Ling Nan tidak pernah suka terlibat dalam persengketaan dewan. Keturunan Zhuge selalu tidak menonjolkan diri. Keluarga Helian sudah mulai menurun sejak generasi sebelumnya dan sudah mulai terpisah dari Dewan. Klan Shang dari Dong Yue berawal dari sebuah agama, maka mereka tidak terlalu berpengaruh di bidang politik dalam negeri itu.Dan juga, keluarga Batuha dari utara sudah lama menetap di wilayah barat laut. Kekuasaan mereka di ibu kota sangat sedikit, dan mereka harus bergantung kepada keluarga Muhe untuk bertahan Sekarang, satu-satunya yang bisa bertahan melawan keluarga Muhe adalah keluarga Wei, yang baru saja melakukan dosa besar. Sejak kejadian itu, Wei Jing sudah dicopot dari posisi hakim ibukota. Yang tersisa hanya keluarga Muhe, yang memiliki sang Permaisuri dan tiga orang selir di sisi Kaisar; tentu saja mereka adalah keluarga yang paling berkuasa.

Pejabat pemerintah Jiu Cheng memasuki arena perburuan, memilih orang secara acak untuk diinterogasi dan periksa. Hutan Xi Bai disegel; orang luar dilarang memasuki area itu. Bahkan surat yang masuk dan keluar dari area itu harus dimonitor dan diperiksa, untuk berjaga-jaga kalau si pelaku menggunakan cara itu untuk melarikan diri. Keluarga kekaisaran dari Kekaisaran Xia menyampaikan belasungkawa dan dukungan mereka kepada keluarga Muhe, menjanjikan bantuan mereka dalam mencari dalang di balik kejadian ini, dan menangkap pembunuhnya. Maka, acara perburuan terhenti.

Malam tiba. Di dalam tenda Yan Xun, di wilayah barat laut lokasi perburuan, tirai berat yang terbuat dari bulu beruang terbuka. Angin dingin menerpa masuk ke dalam ruangan, membuat lilin di atas meja berkedip-kedip. Seorang pria berjubah putih mendongak, tatapannya gelap dan dalam.

"Pangeran Yan, apakah Nona ada di sini?" AhJing melihat ke sekeliling tenda. Saat dia akan pergi, Yan Xun menaikkan alisnya dan bertanya, "Ada urusan apa?"

"Yang Mulia Ketiga Belas memerintahkan pelayannya untuk mengirimkan ini, untuk Nona."

Yan Xun mengernyitkan alisnya dan meletakkan bukunya. Dia berkata, "Oh, taruh di sini saja."

"Baik." AhJing menjawab lalu meninggalkan tenda. Di luar tenda, angin kencang menghantam atap tenda, membuatnya berderak karena tekanan. Melihat tirai yang berkibar, Yan Xun merengut sambil menunggu. Tirai itu tidak terbuka untuk waktu yang lama. Dia tetap diam dan pandangannya tertuju pada paket di mejanya.

Paket itu besar dan terbuat dari sutra ungu yang dibordir dari Jiangsu. Latar di kain pembungkusnya adalah brokat dengan bulan pucat dan bunga teratai putih di atasnya. Kedua ujung paket itu disegel dengan sebuah simpul; tidak ada cara untuk melihat isinya.

Yan Xun meliriknya dan dengan santai melanjutkan bukunya. Tenda itu sangat hening sampai bisa terdengar suara langkah kaki para prajurit di luar tenda. Namun, walaupun suasana sedang hening, pria itu terlalu terganggu untuk melanjutkan membaca. Dia berdiri dan berjalan ke tempat teh di pojok ruangan, menuangkan secangkir teh untuk dirinya. Aroma daun teh masih segar; itu adalah teh baru yang dijadikan upeti dari Ling Nan untuk sang Kaisar. Zhao Zhengde tidak suka meminum teh, maka dia membagikannya kepada semua orang di istana. Ling Nan terkenal akan teh sutra mereka dan teh ini bernama "Gadis Merah". Kabarnya para perawan cantik menggunakan ujung lidah mereka untuk memetik daun teh di pagi hari; ini sangat berharga. Walaupun rasanya tidak lebih baik dari teh biasa, perasaan yang ditimbulkan pada saat diminum membuatnya lebih baik daripada yang lain.

Dengan status Yan Xun saat ini di dalam istana, dia tidak bisa menikmati beragam upeti. Tetapi yang tidak diketahui orang-orang adalah, pria yang tinggal jauh di dalam istana, sang putra mahkota dari Yan Bei, sebenarnya menjalankan salah satu toko teh terbesar di Ling Nan. Bahkan keluarga bangsawan di Ling Nan, Klan Mu, tidak tahu mengenai ini.

Yan Xun mengangkat cangkir tehnya dan kembali ke mejanya, aroma teh membuat dia kembali konsentrasi. Yan Xun menyipitkan matanya namun ekspresinya tetap tenang dan langkahnya mantap. Namun, pada saat dia duduk, telapaknya mendadak miring, menumpahkan tehnya. Secangkir teh itu tumpah ke atas paket di meja, langsung membasahinya. Pria itu dengan tenang mengamati teh yang meresap ke dalam paket tersebut.Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba bergumam pada dirinya sendiri, "Aku sudah membuatnya basah, sebaiknya aku buka dan bersihkan."

Ketika malam sudah larut, Chu Qiao akhirnya kembali. Setelah mendengar dari AhJing, dia kembali ke tenda Yan Xun dan berkata, "Yan Xun, kamu mencari saya?"

"Oh." Yan Xun meletakkan bukunya dan berdiri, jubah putihnya berkilau hangat dari pantulan api. "Kamu sudah kembali, pasti dingin di luar sana."

"Tidak terlalu." Chu Qiao berjalan ke arah perapian dan melepaskan sarung tangan kulit rubahnya. Dia menghangatkan tangannya di atas api dan berkata, "Tadi kamu mencari saya?"

"Tidak apa-apa, Yu Hetian tadi datang, mencari tahu kemarin saya ke mana."

Chu Qiao tertawa dingin dan berkata, "Mereka sangat gelisah, seperti semut di dalam panci panas. Yu Hetian sudah bertahun-tahun di utara dan mulai bekerja dari pangkat rendah. Ketika Zhao Che dibuang ke wilayah perbatasan selama bertahun-tahun, mereka membina hubungan persahabatan. Kalau bukan karena Zhao Che, bagaimana mungkin dia bisa naik pangkat secepat itu? Hari ini, melihat Zhao Che mungkin berada dalam masalah, tentu saja dia akan berusaha membantu. Namun, aku rasa Zhao Che tidak memintanya untuk datang; Zhao Che terlalu sombong untuk melakukan hal seperti itu."

Yan Xun mengangguk dan berkata, "Ketika dia ada di perbatasan utara, dia juga berhubungan dengan ayah dan kakak-kakakku."

"Yu Hetian adalah orang yang jahat. Di masa lalu, dialah yang memberikan peta wilayah utara ke ibu kota, mengkhianati Yan Bei. Hari ini, dia datang dan berharap bisa mendapatkan informasi berguna. Kalau kamu tidak mau diganggu olehnya, biar saya urus dia."

"Oke. Lagipula, aku tidak mau melihat dia lagi."

Cahaya lilin berkedip saat Chu Qiao menggeser kakinya, mendekat ke perapian. Dia berkata, "Itu mudah. Kita hanya perlu mencari kesempatan yang tepat untuk mengabari Zhao Che bahwa dia datang ke kemah kita malam ini. Dengan kepribadian Zhao Che yang sombong dan paranoid, dia tentunya akan melindungi dirinya dari ucapan Yu Hetian dan menghindarinya. Namun, kita tidak boleh turun tangan langsung dalam mengurus dia."

"Ok," kata Yan Xun sambil mengangguk. "Buatlah rencana untuk itu."

"Oh yeah, Yan Xun, kamu mencari saya mengenai masalah ini?"

"Tidak." Yan Xun berdiri dan berjalan ke panggung di belakang tenda,mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari giok putih. Dia berkata, "Kemarin, Wenting mengirimkan sebuah pakaian, tetapi kurasa dia mengirim pakaian yang salah; ini untuk wanita. Untuk kamu saja."

Chu Qiao mengambil kota itu. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Ji Wenting sering memberimu hadiah, kenapa kali ini dia salah kirim?" Saat dia membuka kotak itu, matanya menjadi cerah. Di dalam kotak ada sebuah mantel dari kulit rubah putih yang terlipat rapi. Itu bukan sekadar kulit rubah berukuran besar, melainkan kulit utuh satu ekor rubah. Bulunya putih bersih, tanpa ada bercak warna lain. Mantel itu selembut sutra halus. Di pergelangan mantel itu ada bordiran elang salju berbulu putih; kerah mantel itu cerah dan memesona, bagaikan mutiara dari laut hitam. Dengan sekilas pandangan, orang bisa tahu bahwa mantel ini sangat langka dan berharga.