Nyala api naik ke udara seolah-olah darah mendidih dari bumi. Langit terbuka, melepaskan hujan darah, menggali pemandangan dan menjatuhkan lautan seolah-olah telah ditembakkan ke jantung oleh panah emas. Tanah itu berubah menjadi tungku peleburan yang memakan setiap makhluk hidup di dalamnya, seolah-olah neraka itu sendiri telah bangkit dari kedalaman.
Dalam kegelapan yang tak berujung, matanya berkedut cepat. Ketika darah mulai menyelimuti pemuda itu, yang bisa dilihatnya hanyalah baju besi prajurit yang hitam pekat, bilah pedang yang tajam, bulan dalam kegelapan, dan pemandangan terpencil yang tertutup salju. Ketika orang mati mulai jatuh seperti kartu domino dan bertumpuk di pemandangan itu, burung nasar mulai melingkari langit, cakar mereka menunggu untuk mencengkeram tubuh-tubuh. Angin bertiup melintasi pemandangan, pasir di dalamnya mengenai semua orang setajam pisau, sementara suara membunuh memenuhi pemandangan itu.