Kamp Utara sudah benar-benar lepas kendali. Para prajurit dari keturunan bangsawan ini mungkin bahkan tidak pernah membunuh ayam seumur hidup mereka, namun mereka menghunuskan pedang mereka dan menyerbu bagai segerombolan hama wereng. Menginjak-injak tubuh dan darah rekan mereka yang telah gugur, mereka menyerbu tanpa gentar!
Elang-elang yang melayang di angkasa memekik, dan pagi yang cerah itu telah berubah menjadi berawan dan gelap, seakan-akan bisa turun hujan kapan saja. Warga sipil ketakutan dan memencar mencari tempat berlindung, namun seluruh jalan tersebut sudah dipenuhi oleh prajurit, ke mana mereka bisa bersembunyi?
Orang-orang itu berteriak dengan putus asa, saling menginjak, berusaha mencari anggota keluarga mereka, memanggil nama satu sama lain. Dalam waktu singkat, seluruh jalan yang makmur itu telah berubah menjadi pembantaian yang kejam!