Mata hitam Mu Chen bersinar ketika ia menatap isi Stone Chamber. Sebagai pemimpin dari wilayah Mu, Mu Feng dapat dikatakan sebagai salah satu di antara orang yang paling kuat di Northern Spiritual Realm. Tentu saja berbagai koleksi yang telah disimpan olehnya selama bertahun-tahun bukanlah koleksi sembarangan.
Mu Chen seakan-akan bersikap kurang sopan terhadap ayahnya. Ia dengan tergesa-gesa memasuki Stone Chamber dan mengambil sebuah naskah secara acak. Ia membaca tulisan pada naskah tersebut secara sekilas. Kata-kata yang bercahaya muncul dari naskah tersebut.
Mu Chen berkedip. Sebuah Spiritual Arts biasanya dibagi menjadi tiga golongan besar Spiritual Arts yaitu: Gong Fa Spiritual Arts,
Untuk sesaat Mu Chen mengamati naskah tersebut sebelum akhirnya meletakkannya kembali. Terlihat dengan jelas bahwa ia tertarik pada naskah itu. Secara perlahan ia berjalan masuk semakin jauh kedalam
Mu Feng mengikuti Mu Chen dari belakang secara perlahan, dengan begitu Mu Chen dapat memilih berbagai Spiritual Arts disini dengan lebih bebas.
Berbagai Spiritual Arts menarik mata Mu Chen. Walaupun kebanyakan dari Spiritual Arts tersebut merupakan Common Tier, Mu Chen tau bahwa Spiritual Arts ini dapat menarik perhatian banyak orang apabila dipamerkan keluar. Koleksi Mu Feng bukanlah koleksi biasa di lingkungan Northern Spiritual Realm.
Setelah berkeliling untuk beberapa saat, Mu Chen mencapai tempat paling dalam dari Stone Chamber. Tetapi, ia belum menemukan Spiritual Arts yang tepat untuk dirinya. Ia melihat keatas dan mengamati lemari batu terakhir. Tiga buah kotak terbuka yang terbuat dari giok dipajang disini.
"Kamu cukup berambisi, ayah mu ini telah mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan tiga Spiritual Arts ini." Mu Feng melihat tiga kotak giok yang tengah dipandangi oleh Mu Chen sembari tersenyum.
Mendengar ini, Mu Chen melangkah dengan lebih hati-hati. Ia mengambil sebuah gulungan dari salah satu kotak giok tersebut. Naskah yang ia ambil berkilauan dan terdapat sedikit hawa panas yang berasal dari naskah tersebut ketika ia menyentuhnya. Sangat jelas naskah tersebut bukan naskah berkelas Common Tier.
"
Ia memahami betapa berharganya Spiritual Tier Spiritual Art. Apabila dilelang, tentu tidak dapat dibeli kecuali dengan harga paling tidak jutaan Koin Spirit.
"Ya, aku juga berlatih Dragonblaze Art ini. Ini merupakan sesuatu yang aku peroleh dari Dragonfire Bird's Spirit." Mu Feng mengangguk sambil menjelaskan.
Mu Chen memperhatikan naskah tersebut untuk sesaat, kemudian ia mengambil dua gulungan naskah lainnya. Salah satu naskah yang ia ambil bernama "
Mu Chen tidak ingin melepaskan ketiga gulungan naskah tersebut. Untuk sesaat ia merasa bimbang mengenai naskah mana yang seharusnya ia pilih.
"Sudahkah kamu pilih? Ketiga Spiritual Arts ini seimbang antara satu dengan yang lain. Kamu dapat mempelajari salah satu dari Spiritual Arts ini terlebih dahulu, kemudian kamu dapat menggantinya pada Spiritual Arts yang kamu anggap lebih pantas untuk dirimu." Mu Feng berkata dengan sedikit tersenyum.
Mu Chen ragu untuk beberapa saat. Tangannya bergerak melayang diatas tiga buah gulungan naskah. Pada akhirnya tangannya tertuju pada gulungan naskah "Animate Appraisal". Meskipun Spiritual Arts ini tidak dikhususkan untuk menyerang, tetapi jurus ini berguna untuk membangun dasar-dasar.
Mu Chen meletakkan tangannya diatas "Animate Appraisal", tetapi ketika ia hendak menentukan pilihannya, tiba tiba jantungnya berdegup untuk beberapa saat. Tanpa sadar, tatapan matanya terseret menuju bayangan dari ketiga kotak giok. Ia menyadari ada sebuah naskah berwarna hitam yang tertutup debu.
"Apa ini?"
Mu Chen terkejut. Ia mengulurkan tangannya dan meraih naskah hitam tersebut. Ia sekilas membaca isi gulungan itu, sekilas kemudian menyadari bahwa terdapat beberapa kata kabur yang muncul pada permukaan kasar dari naskah itu.
"
Mu Chen menatap tiga huruf kabur yang tertulis. Kedua matanya dipenuhi keraguan. Mengapa disini tidak tertulis kelas dari Spiritual Arts tersebut?
Mu Chen menampakkan tatapan bingungnya pada Mu Feng, akan tetapi Mu Feng sendiri nampak terkejut. Mu Feng menunjukan raut muka yang aneh sembari melihat naskah hitam yang berada dalam jangkauannya itu. Wajahnya dipenuhi dengan kerinduan.
"Ayah?" Mu Chen bertanya, ia melambaikan naskah yang berada di tangannya: "Ada apa dengan Spiritual Arts ini? Mengapa disini tidak tertulis kelasnya?"
"Itu cuma Spiritual Arts biasa, kamu sebaiknya memilih naskah lain." Mu Feng menarik pandangannya dari naskah tersebut dan berbicara perlahan.
Mu Chen mengerutkan dahinya. Tangannya memainkan naskah hitam yang dipegangnya. Setelah kesunyian sesaat, ia tersenyum dan berkata: "Aku menginginkan ini!"
Badan Mu Feng bergetar. Ia menatap Mu Chen. Ia menyadari bahwa anak ini merupakan anak yang berpendirian teguh meskipun memiliki wajah yang polos.
"Apakah kamu yakin memilih naskah ini?" Tanya Mu Feng setelah terdiam untuk sesaat.
Mu Chen mengangguk dan berkata "Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku rasa aku akan menyesal apabila aku tidak memilih naskah ini. Ayah, bagaimana engkau bisa mendapatkan Spiritual Arts ini?"
Mu Feng menunjukan tatapan yang rumit ketika ia menatap naskah tersebut. Sesaat kemudian ia menghela nafas panjang lalu tertawa pahit. Kemudian dengan suara yang sangat pelan, hingga mungkin hanya dapat didengarkan oleh dirinya sendiri, ia bergumam "Jing, dia benar-benar anakmu."
"Naskah itu di tinggalkan oleh ibumu. Lebih tepatnya ia mewariskannya padamu. Akan tetapi ia juga berkata agar aku membiarkannya hingga berdebu apabila kamu tidak memilihnya."
"Ibu?"
Tanpa sadar tubuh Mu Chen sedikit bergetar. Ia menggumamkan kata yang asing baginya namun sangat menyentuh hati. Ia sendiri tidak pernah melihat ibunya sebelumnya. Hanya terdapat sosok yang samar namun lembut yang terdapat jauh di dalam lubuk hatinya.
Sejak ia mulai mengerti mengenai berbagai hal, ia tidak pernah menanyakan mengenai ibunya pada Mu Feng. Begitu pula dengan Mu Feng yang tidak pernah membahas ibu. Sehingga seolah olah ayah dan anak ini saling menghindari topik mengenai seseorang yang sebenarnya berharga bagi mereka.
"Ibu seharusnya masih hidup bukan? D…Dimana ia berada?"
Mu Chen menggenggam naskah hitam erat erat. Ia merasa ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menanyakan hal yang paling ingin diketahuinya. Ketika muda, ia mengukir banyak patung kayu. Patung kayu yang ia ukir selalu sama, tapi patung yang ia buat tidak pernah memiliki wajah yang jelas. Hal ini dikarenakan patung yang ia buat berasal dari inspirasi yang sama, yaitu sosok lembut yang berada jauh dalam lubuk hatinya.
Tiap patung kayu yang ia buat memiliki sebuah harapan dan rasa rindu yang mendalam.
"Persoalan mengenai ibumu merupakan hal yang rumit. Tidak akan membantu walaupun aku beritahu. Tapi, jika kamu sungguh ingin tahu mengenai ibumu, maka hendaknya kamu mempelajari naskah ini. Setelah kamu mencapai suatu tahap, kamu akan tahu dengan sendirinya." Mu Feng terdiam untuk waktu yang lama, kemudian ia mengepalkan tangannya sembari melihat Mu Chen.
"Apakah ibu pergi karena aku?" Mu Chen tiba tiba bertanya.
"Kamu adalah orang yang paling dikhawatirkan oleh ibu mu. Karena mu, ia rela untuk melepaskan segalanya."
Mu Feng tidak memberikan jawaban langsung. Ia hanya menggosok kepala Mu Chen dan berkata dalam suara yang penuh dengan nada penyesalan "Itu semua karena ayahmu ini tidak mampu. Aku tidak mampu membuat ibu mu untuk tetap bersama dengan mu."
"Aku sudah mencoba sebelumnya, tapi… aku masih gagal. Maafkan aku."
Mu Chen mengangguk. Sebuah senyum cemerlang muncul dari wajah polosnya "Ayah, apakah engkau ingin bertemu dengan ibu lagi?"
"Aku ingin, sangat ingin, aku sangat ingin keluarga kita dapat bersatu kembali." Gumam Mu Feng sembari mengangkat kepalanya. Perasaan rindu tersirat dalam ucapannya.
Mu Chen menggenggam tangannya erat. Naskah hitam dan kasar tadi memancarkan hawa hangat. Tak lama kemudian ia mengangkat kepalanya lalu tersenyum kecil pada Mu Feng. "Aku akan memilih ini. Jangan khawatir ayah, aku akan membantumu menyelesaikan apa yang sebelumnya telah kamu coba namun gagal. Jika kamu percaya dengan ku, maka aku akan menyatukan keluarga kita suatu hari nanti, tidak akan ada yang dapat menghentikannya!"
Mu Feng memandang anaknya, wajah anaknya polos namun memiliki keyakinan dalam matanya. Dadanya yang terasa sedikit sesak karena terharu membuat matanya menjadi memerah. Ia kemudian mengangguk.
Jing, anak kita tidak akan menjadi seseorang yang biasa.