Seluruh stadion terdiam saat semua orang memandang Bai Cheng yang telah menghantam dengan keras di tembok. Tidak ada yang tahu apakah ia hidup atau mati. Cukup banyak orang dapat merasakan tingkat keganasan tinju Xiao Yan tadi, meskipun berada cukup jauh darinya. Mereka tidak berani membayangkan apakah mereka masih bisa hidup jika tinju itu bersentuhan dengan kokoh dengan tubuh mereka.
Xiao Yan perlahan menegapkan tubuhnya di dalam arena. Tinjunya yang mengepal erat bergetar sedikit, saat cucuran darah mengikuti ujung jarinya dan menetes turun. Meskipun serangan itu tadi memang ganas, hal itu juga membuat tinjunya terasa sakit setelah diguncang oleh tenaga yang menyentak mundur. Akan tetapi, hal ini tak dapat dipungkiri jauh lebih baik dibanding sembilan puluh persen kekuatan yang harus diderita Bai Cheng.