Chereads / Perjuangan Menembus Surga / Chapter 55 - Kecelakaan

Chapter 55 - Kecelakaan

Bisa diakui, kemampuan Rumah Lelang Primer menyebarkan informasi sangatlah berhasil. Baru sehari saja sejak Xiao Yan menyerahkan Obat Dasar ke Rumah Lelang, tapi hampir seluruh Klan yang berpengaruh di Kota Wu Tan telah mendengar kabar itu hingga menimbulkan keributan besar.

Satu-satunya yang berbeda antara lelang kali ini dengan lelang yang sebelumnya adalah sang bintang pertunjukan. Pelelangan sebelumnya memamerkan Teknik Dou Level Xuan Atas, yang mana harganya sangatlah mahal; karena itu hanya pihak tertentu yang memiliki kekayaan cukup banyak yang bisa menawar dan mengikuti lelang, sedangkan mereka yang tak cukup kaya, hanya bisa melihat pelelangan tersebut.

Tapi bagi banyak orang, Obat Dasar adalah sasaran yang lebih realistis. Obat itu dapat membantu anak-anak mereka menjadi Dou Zhe secepat mungkin, sehingga banyak orang tua dari berbagai Klan bersedia menghabiskan uang cukup banyak untuk membeli barang-barang yang menguntungkan mereka seperti Obat Dasar.

Berita mengenai Obat Dasar telah tersebar cukup luas hingga penduduk Kota Wu Tan gempar, bahkan Xiao Yan, yang di dalam Klannya cukup terkucilkan dari pergaulan, mendengar berita tersebut. Melihat keributan yang disebabkan atas tujuh botol Obat Dasar, meskipun mengejutkan, Xiao Yan sangat berterima kasih karena berhasil mengkonfirmasi pesona unik yang dimiliki ramuan itu di wilayah ini.

Pada hari kedua, Klan Xiao juga menerima undangan dari Rumah Lelang Primer. Kemungkinan besar hal ini karena Xiao Zhan telah membeli Obat Dasar pada lelang sebelumnya. Hal ini membuat beberapa tetua Klan tertarik pada kehadiran Obat Dasar ini, terutama mereka yang masih memiliki anak yang belum mencapai tingkat Dou Zhe.

Xiao Yan sebenarnya memiliki rencana untuk menyelinap keluar Klan pada sore hari, tapi sebelum dia berhasil melakukan rencana tersebut, dia telah dihentikan oleh seorang utusan Xiao Zhan yang ditugaskan untuk memanggilnya. Karena itu, Xiao Yan tidak punya pilihan selain mengekor di belakang utusan tersebut dan berjalan menuju pintu masuk Klan.

Namun ternyata saat sampai di pintu masuk Klan, Xiao Yan tidak hanya mendapati Xiao Zhan di sana, tetapi beberapa tetua juga ikut berkumpul di sana. Dan mereka semua sibuk dengan kegembiraan mereka.

Mengangkat kepalanya dengan santai saat melihat kedatangan Xiao Yan, Xiao Zhan menyeringai dan mendesak Xiao Yan untuk maju ke depan dengan lambaian tangannya.

Xiao Yan mendesah, melihat ayahnya memberi isyarat padanya. Saat ia berjalan ke depan, tatapan matanya jatuh pada dua sosok di samping Xiao Zhan, yang membuatnya mengerutkan alis.

"Membuang-buang waktu, seperti seorang wanita saja…" Xiao Yu mengerutkan kening mengejek Xiao Yan. Dia merasa sedikit marah karena sepanjang hari telah dibuat menunggu sang 'putri' tersebut.

"Apa kau sangat terburu-buru ke pemakamanmu?" Xiao Yan membantah secara blak-blakan; membuat Xiao Yu menggigit giginya marah, hingga hampir menggertakkan gigi.

"Pffttt." Di dalam kerumunan, terdengar tawa mengejek seorang gadis belia seperti suara lonceng perak yang berbunyi nyaring.

Memiringkan kepalanya, Xiao Yan melihat Xun Er berdiri di tengah-tengah kerumunan. Mengangkat bahu pada Xun Er, dia tersenyum kembali, "Apakah kau juga akan ikut ke Rumah Lelang?"

"Tinggal di dalam Klan benar-benar membosankan. Setiap ada kesempatan, mungkin lebih baik aku berjalan-jalan…" Xun Er berhimpitan menerobos kerumunan untuk berdiri di samping Xiao Yan; tawa indahnya terdengar menggema saat ia berjalan.

"Omong-omong apa gunanya kau kesana, kecuali untuk, ya… demi beberapa Obat Dasar? Di sana tidak akan ada yang bisa berguna untukmu." Xiao Yan bertanya dengan senyum menyenangkan di wajahnya.

"Hmph, KAU masih berani membantah? Jika bukan karena Obat Dasar itu, apa kau akan bisa menaikkan kemampuanmu hingga mendekati levelku?" Balas Xiao Ning pahit, kakinya masih sedikit goyah karena belum lama ini ia baru benar-benar pulih. Dia baru saja sembuh dari luka yang dia dapatkan akibat pertarungannya dengan Xiao Yan 2 bulan lalu, tapi sekarang, ketika dia melihat Xiao Yan dan Xun Er berdiri sangat dekat satu sama lain, pipinya memerah karena cemburu. Seolah-olah dia lupa atas pelajaran yang diberikan Xiao Yan padanya, atas semua rasa sakit itu.

"Kau masih gatal untuk berkelahi?" Mengangkat kepalanya menengok Xiao Yu, ekspresi Xiao Yan sangat tidak terbaca, tidak ada yang tahu apakah ia tersenyum atau tidak.

"Kau…" kemurkaan Xiao Ning semakin menjadi seiring dengan kepalan tangannya, tapi perlahan-lahan, kepalannya meregang dan dia kembali tenang. Dengan sinis, ia menjawab: "Jangan terlalu bangga pada dirimu, meskipun kau berhasil melukaiku saat pertarungan hari itu, aku masih harus mengucapkan terima kasih padamu atas pengalaman itu. Jika bukan karena masa penyembuhan, aku bahkan tidak akan bisa mendekati Duan Dou Qi 9. Setidaknya paling lambat dalam 7 hari, aku akan membuat terobosan dan mencapai Duan 9! Setelah itu, kita akan lihat siapa yang ingin bertarung lagi dan siapa yang akan menjadi pemenangnya!"

Mendengar perkataan Xiao Ning, beberapa tetua Klan pun merasa takjub dengan hal ini. Bahkan penatua pertama yang ada di dekatnya tidak bisa menyembunyikan kebanggaan yang ada di wajahnya. Sungguh, cucunya ini tidak pernah berhenti membuatnya terpukau.

Alis Xiao Zhan berkerut jengkel ketika menatap tetua pertama. Ketika ia hendak melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan pada semua orang agar bersiap-siap pergi, ia berhenti ketika dia melihat Xiao Yan tersenyum kepada Xiao Ning. Lalu tak lama kemudian, dia tertegun tanpa bisa mengucapkan kalimat yang ingin dia ucapkan dari bibirnya.

Menghadap Xiao Ning, yang wajahnya masih terlihat mencibir sombong, Xiao Yan menguap setelah terdiam beberapa saat. Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan nada tenang, "Ya… ini cukup memalukan. Baru beberapa hari yang lalu, secara tidak sengaja… aku telah mencapai Duan Qi 9. Aku takut sepertinya kau masih tertinggal selangkah di belakangku."

"Eh…"

Tepat setelah mendengar perkataan Xiao Yan, semua anggota Klan yang ada di sana terdiam. Mereka tampak terkejut dan tak percaya melihat wajah tanpa ekspresi Xiao Yan. Xiao Yan baru saja mengatakan bahwa pencapaiannya adalah… sebuah kebetulan?

Meski tidak tahu harus meresponnya seperti apa, tapi mereka memiliki pemikiran yang sama. Anak ini sengaja menjatuhkan Xiao Ning dengan sangat, sangat menyedihkan…

Seringai sombong Xiao Ning menjadi kaku saat ia mendengar perkataan Xiao Yan. Mulutnya mulai berkedut perlahan, dan tenggorokannya bergetar. Tatapannya pada Xiao Yan beberapa waktu lalu yang tampak begitu kukuh, seketika terlihat begitu sedih. Dia berpikir bahwa dia bisa mencari muka dengan terobosan yang diharapkannya, tapi siapa sangka jika dia ternyata justru menerima pernyataan yang jauh lebih mengejutkan.

Seperti mendukung Xiao Ning yang tertindas, Xiao Yu melotot marah pada Xiao Yan, seolah dengan tatapannya dia berusaha membakar Xiao Yan. Anehnya, dia hanya menggumam dalam hati, tanpa mengatakan apapun untuk mengejeknya: "Bagaimana sebenarnya cara si brengesek ini berlatih? Hanya dalam waktu dua bulan… bagaimana dia bisa mencapai Duan 9?"

Meskipun ada darah permusuhan di antara mereka, Xiao Yu tetap tercengang pada perkembangan Xiao Yan yang begitu cepat.

"Haha…." Suara gelak tawa terdengar bergemuruh dari Xiao Zhan, rasa jengkel yang sebelumnya nampak di wajahnya memudar saat ia melihat wajah terkejut dari anggota Klannya. Melirik sekilas pada Tetua Pertama, dia tersenyum dan berkata: "Mari kita pergi, pelelangan akan segera dimulai, jika keberangkatan kita ditunda lagi, maka kita akan kehilangan kesempatan kita."

Melihat para tetua berjalan keluar dari pintu utama, Xiao Zhan berbalik dan dengan gembira mengacak rambut anaknya. Dia memuji Xiao Yan dengan nada bahagia: "Tidak buruk, kau kembali membuat ayahmu merasa bangga. Si tua kolot, tetua pertama itu, terus-terusan membicarakan seberapa berbakat cucunya sampai aku hampir merasa seperti mati jengkel; dia benar-benar ingin Klan berinvestasi membelikan Obat Dasar untuk cucunya. Betapa menjengkelkannya si tua itu."

Dengan rambut yang menjadi berantakan karena ulah ayahnya, Xiao Yan tersenyum paksa. Dia membentangkan tangannya dengan polos sambil melangkah keluar dari pintu utama sambil dengan enggan menjawab: "Awalnya, aku tidak ingin mengatakan hal itu, tapi dia benar-benar menjengkelkan hingga membuatku terpaksa melakukannya…"

Dalam jarak yang tak begitu jauh, dengan hati yang muram dan depresi, bibir Xiao Ning berkedut saat dia mendengar perkataan Xiao Yan.