"Penatua Kedua, apakah tesnya belum selesai?"
Xiao Yan bertanya lembut sambil menatap kata-kata emas pada Monumen. Dia perlahan-lahan menurunkan tangannya sambil menatap bingung Tetua Kedua.
"Oh, eh, sudah selesai…" Tetua Kedua tersentak dari kebingungannya setelah mendengar suara Xiao Yan. Meskipun matanya masih melayang ke mana-mana, dia mengangguk panik. Tetua itu jelas masih dalam keadaan terkejut.
Ah, meningkatkan 5 Duan Qi dalam setahun? Perkembangannya begitu cepat… benar-benar menakutkan. Tetua kedua masih melamun dan memandang pemuda di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun, keraguan di mata tuanya menghilang saat dia menyadari kenyataan yang ada.
Kalimat emas itu perlahan menghilang dari Monumen dan kembali hitam pekat.
Meskipun kata-kata emas itu telah hilang, penonton tetap terdiam, Semua orang masih terkejut.
"Ahem…" di atas panggung, tetua kedua berdehem dan akhirnya ia kembali mendapat perhatian para penonton.
"Ujian Resmi telah selesai. Sesuai dengan aturan, Xiao Yan akan menerima tantangan tunggal. Siapa saja yang di bawah level Dou Zhe diperbolehkan menantangnya, siapa yang ingin menantangnya?" Tetua Kedua berteriak sembari matanya menyapu para generasi muda.
Jika tes pada Upacara Kedewasaan adalah untuk melihat di level mana Dou Qi orang itu, maka tantangan ini adalah untuk menguji kemahiran Teknik Dou. Pada akhirnya, dalam pertarungan hidup dan mati, Teknik Dou akan menjadi faktor yang berpengaruh untuk menentukan hasilnya. Karenanya, masing-masing Klan begitu memperhatikan kemampuan Teknik Dou, seperti mereka memperhatikan Dou Qi dari Dou Zhe.
Setelah mendengar deklarasi Tetua Kedua, keributan pecah di antara para penonton. Generasi muda Klan Xiao saling memandang satu sama lain sambil merapatkan bibir mereka. Kalimat emas pada Monumen Hitam, Duan Qi 8, telah menghancurkan perkiraan mereka dalam hati untuk bisa memenangkan pertarungan dengan mudah.
Saat menyadari hal itu, mereka tidak lagi merasa memiliki kekuatan yang membanggakan untuk bertarung dengan Xiao Yan.
Xiao Yan berdiri diam di atas panggung dan dengan tenang menyapukan pandangannya ke arah rekan-rekannya. Setiap kali tatapannya bertemu dengan seseorang, mereka akan cepat-cepat mengalihkan pandangan.
"Hmph, sekelompok pengecut!" melihat sekeliling anggota Klan, meringkuk dalam ketakutan, Xiao Ning mencemooh. Dia mengangkat kepalanya dan menatap menantang pemuda berpakaian hitam di atas panggung, namun ketika ia hendak melangkah ke atas panggung, tampak tangan ramping menariknya kembali.
Dengan kening berkerut, Xiao Ning menatap adiknya dan berkata dengan tidak senang: "Apa?"
Xiao Yu menghela napas kemudian berkata: "Dia memiliki Duan Qi 8, mungkin kau tidak akan bisa mengalahkannya."
Bibir Xiao Ning berkedut, sebenarnya dia juga ragu. Tapi ketika matanya melihat ke arah Xun Er, dia melihat tatapan hangat Xun Er pada Xiao Yan dengan ekspresi senang yang tak pernah dia dapatkan…
Menggertakkan gigi tajam, Xiao Ning mengabaikan tangan Xiao Yu dengan kecemburuan dan kemarahan yang terlihat pada wajak kekanakannya. "Memangnya kenapa! Ini sudah lebih dari setahun sejak aku mencapai Duan Qi 8, kau pikir aku tidak bisa mengalahkannya, yang baru saja mencapai Duan Qi 8?"
Melihat Xiao Ning, yang dipenuhi dengan kecemburuan dan keras kepala, Xiao Yu tahu dia tidak bisa melakukan apa-apa. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia mengambil sebuah pil hijau dan membelainya dengan lembut, terkesan sedikit enggan, sebelum memberikannya ke tangan Xiao Ning. Dia berbisik: "Ini adalah pil tier 2, 'Serbuk Peningkat Qi', yang bisa memberikan kekuatan Dou Zhe untuk waktu singkat. Tetapi, efek jika kau mengkonsumsinya adalah, salah satu dari kalian akan terbaring di tempat tidur hingga bulan depan. Jangan menggunakanannya kecuali benar-benar diperlukan."
Mendengar itu, Xiao Ning mengambil pil tersebut dengan gembira, lalu berkata: "Dengan ini, aku benar-benar akan memberi orang itu pelajaran!"
Xiao Yu mengerutkan kening dan memperingatkannya "Jangan terlalu ceroboh. Hanya beri dia luka ringan saja. Kau tidak boleh terlalu melukainya atau bahkan Kakek tidak akan bisa melindungimu. 'Dia' yang sekarang bukan lagi si cacat yang dulu."
"Ya ya, aku sudah tahu…" Xiao Ning berkata acuh tak acuh, sambil mengangguk ringan. Dengan senyum kecut ia memandang Xun Er, dan dengan bangga berkata dalam hati, aku akan membuatmu tahu, bahwa orang itu hanya tampak menarik tapi sebenarnya tidak berharga!
Dengan senyum dingin, Xiao Ning menepis tangan Xiao Yu dan melompat ke atas panggung, sambil berteriak "Aku akan menantangmu!"
Mendengar teriakan tersebut, pandangan semua orang tertuju pada Xiao Ning dan merasa menjadi pusat perhatian membuat dia merasa semakin bangga.
Melihat Xiao Ning yang berjalan mendekat, Tetua Kedua mengerutkan alisnya. Memandang kursi tamu, seperti yang dia duga, dia melihat wajah Tetua Pertama tampak tak karuan. Mendesah ringan, ia menegur dalam hati: bodoh ceroboh! Apa kau masih mengira Xiao Yan masih si cacat yang tidak berguna yang dulu?
Xiao Ning tidak menyadari kerutan di wajah Tetua Kedua dan mengambil langkah lebar ke depan sambil dengan arogan dia menyeringai, "Xiao Yan, biarkan aku menguji kecakapan bertarungmu."
Mendongak malas menatap Xiao Ning di depannya, Xiao Yan bahkan malas menjawabnya.
Melihat Xiao Ning sudah mencapai pusat panggung, Tetua Kedua tidak punya pilihan lain selain dengan keras berteriak: "Xiao Yan telah ditantang oleh Xiao Ning. Xiao Yan, apa kau menerima tantangan ini?"
Sambil membelai pil yang dia sembunyikan di lengan bajunya, kepercayaan Xiao Ning membengkak. Dengan menatap gadis cantik yang duduk tenang di bawah sana, dia berkata pada Xiao Yan dengan senyum dingin. "Kau tidak akan lari dari tantanganku kan? Xun Er sedang melihat, sebaiknya kau tidak membuatnya kecewa…"
Bodoh… Xiao Yan bergumam dalam hati, sambil mengusap hidungnya. Di depan semua orang, dia mengangguk dan berkata tenang: "Aku terima."
Melihat Xiao Yan mengangguk, Tetua Kedua kembali mendesah dan melambaikan tangannya. Saat ia mundur dari panggung, dia merendahkan suaranya hingga hanya bisa didengar oleh Xiao Yan dan Xiao Ning, berkata "Ingat, control kekuatanmu. Jangan melukai satu sama lain!"
Xiao Ning melengkungkan bibirnya sementara Xiao Yan, mengangkat bahu acuh tak acuh.
Tepat ketika Tetua Kedua meninggalkan panggung, suasana berubah tegang. Perkelahian pun segera dimulai.