Pria berjubah hitam itu menatap es yang meleleh tanpa menunjukkan ekspresi apapun, lalu mengangkat kepalanya dengan pelan. Tatapannya yang mengarah ke seluruh ruangan yang sunyi senyap itu menembus penutup wajahnya.
Walaupun penglihatannya terhalang kain penutup wajahnya, ekspresi setiap orang yang ditatapnya akan berubah dan wajah mereka menjadi tegang. Mereka tidak berani membalas tatapannya dan memilih untuk melihat kearah yang lain.
Nalan Yanran mengepalkan tinjunya. Wajah cantiknya menjadi pucat saat ia melihat es yang perlahan mencair di karpet dan tubuhnya yang indah gemetar. Ketua klan Mo itu yang satu jam sebelumnya baru saja menceritakan ambisinya yang besar, sekarang mati dan mayatnya terbakar habis tanpa bekas. Dua adegan yang berbeda itu membuat orang – orang tidak dapat percaya hal itu terjadi begitu saja.