Chereads / Cincin Naga / Chapter 45 - Galeri Proulx – bagian 2

Chapter 45 - Galeri Proulx – bagian 2

Galeri Proulx.

Galeri patung nomor satu, setiap kota besar di Benua Yulan memiliki cabang galeri Proulx. Galeri Proulx juga memakan banyak tempat dan mayoritas orang-orang yang memasuki galeri itu adalah mereka yang tahu betul akan suatu budaya dan seni.

Di dalam galeri Proulx itu, jika kamu memamerkan cincin magic di jarimu, pastinya semua orang akan mengolokmu karena kamu tidak berkelas.

Seni adalah sebuah karya!

Tempat ini menghargai hal itu.

Biaya untuk memasuki galeri ini adalah satu keping emas per orang.

Terdengar bunyi dentuman, sejernih suara musim semi di pegunungan, keluar dari dalam galeri Proulx. Suara itu membuat pendengarnya merasa agak rileks. Banyak orang melalui gerbang itu yang terdiri dari bangsawan, bangsawan wanita dan juga gadis-gadis cantik yang berpakaian sangat wah.

Dan rakyat biasa di depan galeri Proulx hanya bisa menyesuaikan dengan keadaanya saja.

Ketika Linley dan kawan-kawannya disertai dengan Cass dan tiga pengawal lainnya sampai di galeri Proulx, siapapun tentunya langsung dapat mengenali jubah dari institut Ernst yang mereka kenakan pada saat itu. Saat melihat Thunderhawk bermata biru di pundak cass, mereka tentu saja menjadi sopan dan ramah.

"Paman Cass, ayo ikut bersama kami. Penjaga lainnya bisa menunggu kita diluar." Perintah Yale.

Linley, ketiga kawannya dan Cass memasuki galeri itu. Dalam aula utama galeri Proulx, terdapat sebuah patung berbentuk manusia. Patung ini adalah buatan Grandmaster Proulx.

Tidak ada suara sedikitpun diseluruh ruangan galeri Proulx.

Hampir semuanya hanya berbicara berbisik-bisik jadi mereka tak mengganggu para pengunjung lainnya.

Yale, Reynolds, George dan Linley melihat patung batu itu satu persatu dan dalam hatinya mereka merasa bahwa patung batu itu terlihat sangat megah dan mewah.

"Pameran galeri Proulx dibagi menjadi tiga aula, aula utama, aula para ahli, dan aula master. Aula utama ini dipenuhi dengan patung batu yang para pemahatnya mengukir di sini agar dihargai dan dibeli oleh orang lain dengan harga yang setimpal. Tiap pekerjaannya dipamerkan sekali sebulan dan begitu pula seterusnya, tawaran tertinggi akan mendapatkan patung batu itu. Patung batu yang biasa-biasa saja kebanyakan hanya seharga beberapa keping emas, dan yang lumayan bagus seharga lusinan keping emas."

Yale tertawa selagi menjelaskan. "Tapi aula para ahli ini jauh berbeda. Aula para ahli ini dibagi menjadi beberapa ruangan dan terdapat patung di tiap-tiap ruangannya. Secara umum, seorang ahli adalah mereka yang memiliki kemampuan mengukir dan mendapatkan banyak dukungan lalu kebanyakan patung para ahli ini seharga sekitaran seribu koin emas atau mendekati."

"Apalagi aula para master, wah jauh lebih hebat lagi. Didalam tempat terdalam di galeri ini hanya terdapat sedikit patung dari para master. Harga dari patung yang diukir oleh master ini sangat mengerikan. Semua patung batu itu seharga puluhan ribu keping emas dan beberapa hasil karya yang terkenal karena merupakan karya debut pemahatnya dapat mencapai harga ratusan ribu keping emas." Yale menjelaskan semuanya pada ketiga kawannya.

Nafas Linley terhenti seketika.

Hasil karya apapun dari seorang master pemahat berharga sepuluh ribu keping emas. Bagi mereka, uang tidaklah berarti.

"Tapi cukup susah bagi seorang master pemahat untuk menghasilkan sebuah hasil karya karena mereka tentu saja tak ingin karya mereka memiliki kecacatan." Yale menghela nafas sambil menjelaskan. "Sebuah hasil karya yang layak dihormati dari tahun ketahun membutuhkan sebuah bakat, kemampuan dan sedikit kejeniusan."

"Patung yang berada di aula utama cukup memanjakan mata. Ayok kedalam." Yale mengajak mereka semua untuk semakin kedalam.

Sambil berjalan dengan tenang di galeri Proulx dan mendengarkan musik yang tenang, Linley merasa bahwa ia sedang mengarungi lautan budaya. Dan saat ini, Doehring Cowart yang keluar dari cincin itu juga menilai hasil-hasil seni itu.

"Jelek, parah. Bagaimana bisa orang-orang berani memasang seni buruk seperti ini untuk diperlihatkan ke orang lain?" Kata Doehring Cowart yang mengejek seni itu.

"Kakek Doehring." Linley menoleh ke Doehring Cowart. "Ini baru aula utama dari galeri Proulx. Masih ada aula para ahli dan juga aula para master."

"Galeri Proulx?" Doehring Cowart terkejut kemudian berhenti bicara.

"Kakek, kakek Doehring?" Linley memanggilnya dalam batin. Tapi melihat Doehring Cowart yang masih melamun, Linley tak lagi mencoba untuk memanggilnya. Ia mengikuti Yale, Reynolds, dan George menuju aula para ahli. Aula ini benar-benar berbeda dan di tengah aula itu masing-masing dari pemahat itu merekam informasi yang dijelaskan disana.

Yale, Linley dan yang lainnya mulai memasuki ruangan pameran tersebut.

Meskipun ia tak begitu banyak tahu tentang seni ukir, Linley masih dapat merasakan bahwa patung dari para ahli itu memang jauh berbeda dengan patung yang berada di aula utama itu tadi. Patung batu disini terlihat memiliki keanggunan budaya lebih kaya lagi dibandingkan sebelumnya.

Ketika Linley mulai bisa menikmati patung-patung batu itu, terdengar suara Doehring Cowart didalam pikirannya.

"Boleh juga. Ini baru bisa dikatakan bagus." Doehring Cowart mulai memuji. "Tapi dibandingkan dengan milik Proulx, patung ini masih bukan tandingan."

Linley hanya bisa terdiam.

"Kakek Doehring, bagaimana bisa patung ini bisa dibandingkan dengan Granmaster Proulx?" Linley menggelengkan kepalanya dan tertawa. Proulx adalah pemahat batu nomor satu dalam sejarah Benua Yulan.

Doehring Cowart mengerut. Sambil mengelus janggutnya dia berkata. "Apa? Kamu pikir Proulx seorang ahli saat dia lahir? Dia juga mulai dari nol, dia mulai dari seorang pemahat biasa dan berusaha keras hingga jadi seperti saat ini."

Linley terkejut.

Perkataan kakek Doehring memang terkadang masuk akal.

Setelah puas dengan aula para ahli, Linley dan yang lainnya pergi ke aula para master.

"Ingat ya, pas didalam aula para ahli jangan pegang apapun. Kalau sampai ada yang rusak bisa merepotkan." Yale memperingatkan mereka.

Memasuki aula para master. Hening.

Aula para master itu sangat luas, namun hanya ada beberapa patung saja disana. Lagipula, hanya beberapa master saja yang pernah ada dan tiap master hanya memiliki empat atau lima patung batu saja untuk dipamerkan. Di seluruh aula hanya terdapat dua puluh atau tiga puluh patung batu saja yang dipamerkan.

Tapi meski sedikit patung batu yang ada, ketika Linley dan yang lainnya melihat patung batu itu, patung batu itu bagaikan mengeluarkan aura dari dalamnya seakan patung itu memiliki nyawa.

"Oh, boleh juga, tidak buruk. Aku tak mengira dalam lima ribu tahun, seni ukir batu akan mencapai tahap seperti ini." Kata Doehring Cowart terkesan. "Jika patung ini bisa ditingkatkan sedikit lagi, tentu bisa menyaingi patung milik Proulx."

Melihat seluruh galeri dalam kesunyian, Linley dan yang lainya merasakan jiwa mereka seperti terangkat.

...

Malamnya. Di gerbang utama institut Ernst. Linley dan yang lainnya keluar dari kereta kuda.

"Saudara kedua, saudara ketiga, kalian berdua, ugh. Aku berencana untuk bersenang-senang malam ini di kota Fenlai, tapi kalian… hadeh, Aku mulai bersenang-senang ditempat itu saat aku berumur enam tahun." Yale masih bergumam jengkel tiada henti.

"Benar,benar." Reynolds mendukungnya dari samping.

George dan Linley saling menatap dan tak bisa menahan tawanya.

"Cepat, buka gerbangnya!" Terdengar sebuah teriakan amarah.

Linley dan yang lainnya langsung menoleh untuk melihat. Mereka melihat seorang pemuda berambut keriting membawa seorang anak yang penuh darah dan seorang gadis cantik disisinya. Wajah anak yang berdarah itu sangat pucat. Tangan kirinya hancur dan terlihat tulang putih dan dadanya dipenuhi dengan goresan cakar.

"Sepertinya beberapa siswa itu terluka karena pergi ke Mountain Range of Magical Beast yang dipenuhi oleh Magical Beast. Siapa kelompok itu? Kita belum lama di institut ini, tapi kita udah liat banyak siswa tingkat atas terluka disana." Kata Yale.

Mountain Range of Magical Beast Magical Beast itu terletak di sebelah timur.

Dan lagi, Mountain Range of Magical Beast itu cukup dekat dengan institut Ernst, mungkin hanya seratus kilometer saja. Secara umum, mereka yang sehat dapat berlari dari Mountain Range of Magical Beast itu hingga menuju institut Ernst dalam waktu hanya setengah hari.

"Di institut ini, aku telah melihat banyak Magical Beast. Wah bro, ada Magical Beast yang terbang, berlari dan beberapa hewan buas lainnya. Tapi kebanyakan orang yang memiliki kawan seekor Magical Beast hanyalah guru di institut Ernst, dan beberapa siswa tingkat atas lainnya." Kate George agak kagum.

Ketika empat sekawan itu tiba di gerbang utama, tiba-tiba –

"Linley."

Terdengar suara yang tidak asing. Ternyata saat menoleh ke arah suara itu, sebuah wajah terkejut terpasang di wajah Linley. "Paman Hillman."