"Hei, kalian semua, apa kalian sedang menghina murid-muridku?" Lin Fan meletakkan peralatan makannya dan melihat sekilas ke arah mereka.
Mencoba bertindak lebih unggul di depan Yang Mulia, itu tak akan berhasil.
Walaupun ketiga belas murid itu idiot saat ini, dengan guru yang terhormat dan suci seperti dirinya, apa mereka benar-benar berpikir mereka akan tetap tanpa nama?
"Apa, kau punya masalah dengan itu?" ucap guru yang duduk di depan Liu Qingfeng dengan nada sombong. Lin Fan melirik padanya, juga seorang pascasurgawi tingkat lima. Kehadirannya kasar dan tampaknya dia melatih jenis keahlian bela diri yang kasar.
"Guru Hu, tenanglah. Ini adalah guru baru dari kelas D dan mungkin belum tahu peraturan di sini," kata Liu Qingfeng sembari tersenyum.
Di dunia ini, yang kuat memakan yang lemah dan kekuatan dihormati. Khususnya di Sekolah Langit Surga, yang kuat memiliki suara mutlak. Meski kelas D ada di Sekolah Langit Surga, di mata guru-guru ini, mereka pada dasarnya tidak ada.
Jumlah para murid yang datang setiap harinya hanya sekitar setengahnya dan pada dasarnya merupakan kelas yang tertinggal.
Alasan utamanya dibuat adalah karena pendirinya bermaksud untuk tidak menyerah pada siapa pun. Bahkan jika orang tersebut tidak memiliki bakat, selama mereka mau tinggal di jalur seni bela diri, mereka akan melakukan apa pun untuk memastikan mereka menerima bimbingan yang terbaik. Kepala sekolah saat ini masih berpegang pada kebijakan pendiri, tetapi hanya tidak melaksanakannya lagi.
"Peraturan? Hehe, aku benar-benar tidak mengetahuinya. Tetapi, menghina murid-muridku berarti menghinaku dan aku bukan orang yang sangat pemaaf." Lin Fan tertawa datar.
"Guru Lin, jika kau tidak puas, kita bisa bertanding di panggung pertarungan sekolah. Tidak ada gunanya berdebat di sini," kata Liu Qingfeng sembari tersenyum. Panggung pertarungan dibangun dengan alasan menyelesaikan perselisihan di antara Sekolah Langit Surga. Itu merupakan tempat yang ditentukan oleh kekuatan.
Konflik pribadi dilarang di sekolah. Tetapi tentu saja, panggung pertarungan masih digunakan untuk konflik pribadi antara para guru dan murid.
Setelah sekolah dibagi ke dalam empat tingkat, yaitu A, B, C, dan D, konflik di antara para guru berkurang, tetapi konflik di antara para murid masih sering terjadi.
"Baiklah, temui aku di panggung pertarungan sore ini. Tentu saja, bukan hanya kau, kalian bertiga juga … sore ini, kalian akan berakhir seperti meja ini." Lin Fan mengetuk meja itu dengan ringan.
<
Lin Fan berdiri kemudian pergi tanpa melihat ke belakang. Pada sore hari, dia akan memberikan ketiga belas muridnya pelajaran kedua mereka.
Liu Qingfeng melihat Lin Fan pergi dan mendengus dengan jijik.
"Baiklah, hanya guru kelas D saja berani bertindak seangkuh ini. Aku ingin melihat jika dia berani untuk menghadapi kita di ring pada sore nanti," ujar Liu Qingfeng.
"Badut belaka. Orang seperti dia mengajar kelas D, mereka tidak akan pernah berarti banyak."
"Daripada berarti, mereka bahkan tidak akan menimbulkan riak. Para murid kelas D memiliki bakat yang biasa-biasa saja, mereka bahkan tidak dapat mencapai tahap prasurgawi. Apa gunanya mereka?"
"Cukup, tak ada poin untuk melanjutkan ini, itu hanya akan menghancurkan suasana hati kita. Ayo lanjutkan saja pembicaraan kita."
"Baiklah."
….
"Klang …."
Saat Liu Qingfeng dan yang lainnya akan melanjutkan pembicaraan mereka, meja besi tiba-tiba pecah dan berubah menjadi abu.
"Ini …." Liu Qingfeng dan sisanya membeku, tidak memercayai pemandangan di depan mereka. Lin Fan keluar dari aula makan dengan senyuman kecil. <
….
Sore hari.
Murid-murid yang Lin Fan ajar telah lama tiba di kelas dan telah berubah banyak sekarang. Sebelumnya saat mereka datang ke sekolah, atmosfer mereka seperti akan mati. Tetapi sekarang, masing-masing wajah mereka dipenuhi dengan semangat yang kuat dan tak tergoyahkan.
Saat ini, ketiga belas murid itu memar, seolah-olah mereka baru saja dipukuli, tetapi rasa sakit mereka hanya membuat mereka makin kuat.
"Hari ini aku pergi ke kelas C-6 dan memberi tahu mereka untuk tidak merendahkan pemuda malang. Kukatakan aku akan mendapatkan kembali kehormatanku suatu hari nanti. Walaupun mereka memukuliku, aku tidak merasakan sakit sedikit pun. Aku merasa seolah-olah aku telah mendapatkan kembali kepercayaan diriku yang telah lama hilang," kata Zhu Di dengan bersemangat.
"Aku juga, meskipun pria itu lebih kuat daripada aku, aku yakin aku pasti akan menjadi lebih kuat di bawah bimbingan guru," kata Cao Fushu sambil mengepalkan tinjunya.
"Aku juga dipukuli, tetapi saat aku kembali untuk makan siang dan memberi tahu kedua orang tuaku bahwa aku akan bekerja keras, mereka menjadi terharu dan memberitahuku untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa."
"Guru untuk sehari, tetapi ayah untuk seumur hidup. Aku akan bekerja keras. Aku tak akan mengecewakan Guru Lin."
"Baiklah, semuanya lakukan yang terbaik, kita harus membuktikan diri kita."
….
Lin Fan berjalan menuju ke kelas dan setelah melihat para murid yang bersemangat, dia sedikit penasaran.
"Apa yang telah terjadi pada kalian semua?"
Para murid saling memandang dan kemudian berdiri dengan penuh hormat, "Guru, kami akan bekerja keras dan tidak akan mengecewakanmu."
Lin Fan membeku lalu tersenyum tipis. Melihat para murid tersebut memiliki kepercayaan diri padanya sangatlah memuaskan. Tetapi kepercayaan diri saja tidaklah cukup, kualifikasi menentukan semuanya. Mereka bahkan bukan dari tingkat biasa-biasa saja dan bahkan jika mereka mencoba sekeras yang mereka bisa, itu tidak akan ada gunanya.
Tampaknya dia dibutuhkan dan dia harus menggunakan cahaya mulianya untuk memimpin kelompok domba tersesat ini ke puncak kehidupan. Lin Fan sangat percaya diri untuk saat ini.
Sebelum dia menggeledah keempat keluarga dan kota kekaisaran, tampaknya dia perlu melatih kelompok ini dengan benar. Sebagai panutan, dia harus melakukan yang terbaik.
"Baiklah, karena kalian semua memiliki kepercayaan diri seperti itu, aku sangat senang. Semuanya ikuti aku sekarang, akan akan memberikan kalian pelajaran kedua untuk hari itu, yaitu menundukkan," kata Lin Fan.
Ketiga belas murid menatap ke arah guru mereka, bingung. Menundukkan? Apa itu? Apa yang guru sedang coba ajarkan?
Tiga belas murid mengikuti di belakangnya. Mereka sangat ingin tahu, apa yang guru coba ajarkan kepada mereka.
Saat ini, banyak orang berkumpul di sekeliling panggung pertarungan.
Para murid dan guru dari keempat tingkat berdiri di sana dan sangat penasaran akan pertarungan di antara para guru. Lagi pula, panggung pertarungan tidak digunakan untuk waktu yang lama.
Burung-burung berbulu sama berkumpul bersama. Semua orang berdiri di kelompok mereka. Dengan demikian, para murid dan guru dari kelas A, B, C, dan D semuanya berdiri di kelas masing-masing. Mereka tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang di luar kelas mereka sendiri, dan dengan demikian, konflik jarang terjadi.
Bahkan jika ada pertarungan, murid-murid akan mengurusnya secara pribadi. Bagi para guru, mereka lebih dewasa jadi mereka tidak akan memilih pertarungan secara terbuka dengan orang-orang yang lebih kuat daripada mereka.
Kali ini, mereka mendengar hanya seorang guru kelas D namun berani menantang empat guru berbeda dari kelas B sekaligus. Ini membuat mereka bertanya-tanya jika guru kelas D mungkin telah kehilangan akal sehatnya.