"Aku lega kau baik-baik saja. Aku akan memberitahu Bulu Lembut untuk tidak khawatir dan tidak perlu ke Kota H," balas Sungai Utara si Pendekar Kelana.
Song Shuhang merasa kalau Sungai Utara si Pendekar Kelana online 24/7 dan bingung, melihat dia masih ada tenaga. Kecuali zona waktunya kebetulan sama dengan waktunya , jadi ia bisa melihat Sungai Utara si Pendekar Kelana setiap kali ia online?
Tunggu, sepertinya ada yang salah… kapanpun Song Shuhang online, dia ada. Ketika Song Shuhang offline, dia masih ada. Ia tahu itu karena ia selalu melihat Sungai Utara si Pendekar Kelana di obrolan grup itu ketika ia online.
Dia seperti pendekar internet yang tidak pernah tidur.
Song Shuhang kuatir banyak orang yang meninggal secara mendadak karena keseringan begadang. Akankah Sungai Utara si Pendekar Kelana mendadak mati kalau terus-terusan begini?
'Ini juga harus dicatat… Aku akan menasehatinya sebelum aku keluar dari grup.'
Setelah itu, Song Shuhang melanjutkan melihat log obrolan.
Menyelesaikan pesannya, Si Tujuh Dari Klan Su menyapa mereka sebelum offline.
Kemudian, sekitar jam 5 pagi, Tabib muncul dan mengirim gambar dengan ❓ di belakangnya.
Itu gambar batang tumbuhan yang tidak pernah Song Shuhang lihat sebelumnya.
Tumbuhan ini tumbuh melengkung, sama seperti lingkaran naga. Ada sebaris duri di ujung tumbuhan itu dan ruasnya berwarna hitam keunguan. Tanaman ini berkhasiat tinggi.
"Tabib, kau memerlukan Tanaman Naga yang beracun lagi? Bukankah kau menanamnya beberapa waktu yang lalu? Sekali lagi, Sungai Utara si Pendekar Kelana membalas.
"Percobaan, semua gagal." balas Tabib mengirimkan 😞. Apalagi, batang tumbuhan itu tidak bagus."
"Baiklah, aku akan mengabarimu saat kutemukan. Yang lain seharus akan mengabarimu juga jika mereka melihatnya." balas Sungai Utara si Pendekar Kelana.
"Hidup-hidup." tambah Tabib.
Tanaman Naga yang beracun… hanya mendengar namanya, kelihatan bukan tanaman yang dapat dimakan, akankah digunakan untuk meramu obat? akankah ini meracuni orang-orang? Song Shuhang sedikit kuatir karena grup ini mahir mengundang kematian.
Tunggu sebentar, kelihatannya ada yang salah.
Tangan Song Shuhang menjadi kaku melihat dan membaca ulang pesan dari Si Tujuh dari Klan Su.
'… ada beberapa… bukan, ada banyak orang biasa yang dihabisi oleh Enam Belas, tapi tidak ada yang mati.'
Song Shuhang merasa kalimat ini aneh, ia mengingat grup penjahat telah di habisi.
Apakah ini hanya kebetulan? Kalau semua ini kebetulan, maka bukankah terlalu banyak kejadian yang kebetulan terjadi belakangan ini!?
Mungkin aku harus mengubah cara pandang dan berpikir dari sudut pandang yang lain. Mungkin ini bukan kebetulan, tapi aku hanya berpikir berlebihan.
Ini sifat manusia. Kapanpun seseorang curiga terhadap sesuatu, mereka terpaksa menghubungkannya dengan kecelakan tersebut. Contohnya, ketika kau mencurigai seseorang telah mencuri uangmu, kau akan membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin terjadi di otakmu dan semakin kau melihat orang itu, semakin ia terlihat seperti pelakunya.
Ia merasa pola pikirnya sekarang sama dengan 'mencurigai seorang pencuri'.
Ia harus berhenti memikirkannya, kalau tidak ia akan menjadi seperti mereka. Dengan malas ia merenggang sambil bersiap untuk berolahraga.
Rencana tahunan dimulai di musim semi. Lagi pula, ia merasa tubuhnya masih belum sembuh total karena ia kadang-kadang masih batuk-batuk. ia tidak tahan dengan itu!
Maka dari itu, ketika ia tertarik untuk berolahraga, ia putuskan untuk lari 1,5 km setiap pagi.
Targetnya ia akan tekun untuk lari pagi dalam sebulan!
❄❄❄
Saat ini, di bandara Distrik Jiangnan.
Wanita berambut panjang dan berkulit cerah, tinggi dan memiliki kaki panjang keluar dari bandara, membawa koper besar. ia memakai kaus putih dengan celana jeans, memakai sepatu olahraga; ia terlihat muda dan cantik.
Meskipun begitu, wanita ini terlihat kesusahan melihat bandara yang luas dan menggerutu pelan, "Aku benci tempat yang luas seperti ini, akan mudah tersesat."
Kemudian, ia mengeluarkan ponselnya.
❄❄❄
Berkeringat setelah lari pagi, Song Shuhang merasa lebih segar.
Ia membeli roti kukus dan susu kacang untuk makan paginya ketika ia melewati kantin, beristirahat sebentar sebelum pulang ke asrama.
Masih hari Minggu… apa yang akan ia lakukan?
'Apa aku pergi ke toko buku untuk membaca?' diam-diam ia berpikir sambil mengunyah makanannya.
Setelah itu, ia terbiasa menyalakan komputernya dan membuka Jaringan Kampus- karena ia terpikir dengan kejadian kemarin dimana sekelompok penjahat tidak sadarkan diri, ia terus memperhatikannya.
Namun, tidak ada kabar lagi tentang kejadian itu di jaringan kampus- penjahat yang malang itu masih terbaring di rumah sakit, belum ada tanda-tanda akan sadar.
Maka dari itu, ia belum bisa tahu siapa pelakunya.
Berdasarkan orang-orang yang pergi mengunjungi, bukannya tidak tersadar, tapi terkadang mereka mengeluarkan suara erangan penuh penderitaan. Karena mereka banyak, mereka ditempatkan di ruangan yang luas, dan gaduhnya 70-80 orang mengerang kesakitan terus menerus sangatlah indah tapi tragis.
'Kalau mereka hanya dihajar hingga pingsan, kenapa mereka masih belum bangun setelah sehari? Jangan-jangan mereka dihabisi seperti sayuran?'pikir Song Shuhang.
Imajinasinya terus berjalan seraya ia membuka obrolan grup.
Selama ia berolahraga dan makan siang, beberapa pesan muncul di grup.
Si Bulu Lembut dari Pulau Roh Kupu-kupu (Ponsel): Senior Sungai Utara, aku sudah sampai di bandara distrik Jiangnan. Apakah Senior Tujuh memerlukan bantuan?
Sudah diduga, Sungai Utara si Pendekar Kelana online dan membalas. "Bulu Lembut, kau muncul. Tujuh sudah menemukan Enam Belas pagi-pagi dan sudah pergi dari Kota H. Tenanglah, kau bisa pergi langsung ke Kota J untuk urusanmu.
"Baguslah." balas Bulu Lembut dan menambahkan "Sudahkah Senior Tujuh pergi dar Kota H?"
"Ya, mereka pergi dini hari." Lalu Sungai Utara si Pendekar Kelana bertanya, "Bulu Lembut, apakah kau ada yang perlu di tanyakan ke Tujuh?"
Bulu Lembut mendesah. "Sebenarnya, aku berharap bisa bertemu dengan Senior Tujuh. Jika ada seseorang yang bisa menemaniku ke Kota J, itu lebih baik. Aku tidak mengenali Kota H, Distrik Jiangnan, dan Kota J, jadi aku kuatir tidak akan menemukan tujuanku.
"Kau mau kemana? sekarang ada alat navigasi di dalam ponsel yang sangat membantu. Aku bisa bilang, teknologi yang orang zaman sekarang ciptakan sedikit berguna." kata Sungai Utara si Pendekar Kelana. Ada banyak orang yang tidak mengenal teknologi zaman sekarang dan Sungai Utara si Pendekar Kelana bisa dibilang sebagai 'guru zaman ini'.
Tunggu sebentar, apakah kau yakin tidak ada masalah dengan asal-usulmu? Bukannya ini tempat berkumpulnya para penderita chuunibyou? Bukannya kau seharusnya menyarankan untuk menggunakan peta kuno atau semacamnya? Bahkan mungkin barang ajaib yang bisa melihat tujuan? mungkin kalau lebih canggih lagi, membuka portal teleportasi. Apa saja, kecuali navigasi dari ponsel.
"Sudah kucoba, tapi tempat yang ku tuju tidak tertera di aplikasi," balas Bulu Lembut dengan sedih.
Nyatanya, umur dia hanya 25 tahun dan jelas-jelas ia tahu bagaimana menggunakan navigasi. Tidak ada bedanya antara dia dan anak muda jaman sekarang di beberapa aspek, hanya saja ia mengetahui lebih banyak tentang 'dunia'.
Apalagi, aku mudah tersesat dan kemungkinan akan tersesat, walaupun sudah pakai navigasi." tambah si Bulu Lembut.
Sungai Utara si Pendekar Kelana menenangkan. "Itu tidak masalah. Ketika kau bisa terbang setelah meguasai Alam Tingkat Kelima, kau bisa terbang dan melihat jauh dari atas! Kau tidak perlu kuatir tentang itu. Untuk sekarang, kau bisa mencari taksi. Selama kau tahu tujuanmu, mereka akan mengantarmu ke tujuanmu. Tapi jangan mencari taksi yang tidak terdaftar."
"Terima kasih Senior, akan kucoba." balas Bulu Lembut dengan senang. Jika seseorang tidak mengingatkan untuk naik taksi, ia akan lupa…
Sungai Utara si Pendekar Kelana menambahkan. "Kau akan pergi ke mana, Bulu Lembut? Jika kau tidak bisa menemukannya, aku bisa membantumu dan menanyakan jika ada seorang pendekar di sekitar, mungkin mereka bisa membantu.
"Tempatnya di dalam Kota J bernama Jalan Luo Xin Area. Disana seharusnya ada kuil kuno bernama Kuil Lampu Hantu dan itu tujuanku!" Bulu Lembut membalas dengan cepat.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan menanyakannya untukmu dan ketika aku dapat kabar, aku akan memberi tahumu." balas Sungai Utara si Pendekar Kelana.
"Terima kasih banyak Senior!" si Bulu Lembut mengirimkan 😊. "Aku akan mencari taksi."
Bandara distrik Jiangnan.
Wanita berambut panjang sambil membawa koper yang besar berjalan keluar ke tempat taksi berada. Kecantikannya membuat para lelaki terpana.