Suatu saat nanti, aku akan bisa memakai mantra seperti senior-senior! pikir Song Shuhang.
Saat ini, perempuan yang berambut pendek membuka lengannya dan mengangkat tungku. Ia berjalan beberapa langkah dan mengerutkan dahinya.
"Dong!"
Ia menaruh tungku itu, dan menoleh ke arah Song Shuhang.
"Apa kau Song Shuhang?" ia mengangkat alisnya dan berkata, "Bisa bantu aku membawa barang ini? Itu kewajiban laki-laki untuk membantu perempuan yang sedang kesusahan, bukan?"
"Kau tahu aku?" Tanya Song Shuhang, dan mendekatinya untuk membantu membawakan tungku itu.
Tungku itu tidak terlalu berat. Hanya saja besar. Mungkin 1 orang akan kesusahan membawanya, tapi 2 orang akan agak mudah.
"Jangan tanya pertanyaan yang konyol. Kau seharusnya bisa melihat hubunganku dengan Tabib sekilas. Jadi kau mungkin tahu aku dari Tabib," kata perempuan itu dengan expresi yang tersembunyi.
Tidak ada yang tahu hubunganmu dengan Tabib dengan sekilas, ok?
Song Shuhang menggerutu di otaknya, lalu bertanya, "Hubungan intim? Apa kau teman dekat Senior Tabib?"
"Bukan… Aku hanya muridnya sekarang. Sungai Kabut Ungu, itu nama yang kupakai, dan mungkin setidaknya aku tidak akan menggantinya selama 30 tahun." Dia terlihat senang ketika ia Song Shuhang menyebutnya 'teman dekat' Tabib. "Tabib bilang dia pergi ke Jiangnan untuk melakukan penelitian, jadi aku datang untuk mengantarkan tungkunya. Kau tahu, ia akan mengabaikan semuanya ketika ia meneliti. Ia perlu seseorang yang merawatnya… merawat rambutnya, merapikan pakaiannya, dan mengingatkan?? atau harus makan di jam tertentu.
Seraya mereka berbicara, mereka tiba di lantai 3, yang sementara ini digunakan oleh Tabib untuk menyimpan tungku-tungku.
Saat pintu itu terbuka, Song Shuhang melihat ruang yang baru.
Dan… ia melihat ada barang baru pada Senior Tabib.
Ia tidak terlihat seperti 'Shamate' lagi. Tapi, bagaimana menjelaskannya penampilan Senior Tabib?
Mengenai rambut, rambut sudah dirawat dengan hati-hati. Sekarang, rambut Tabib di ikat menjadi kepang kecil-kecil, yang semuanya tegak!
Kira-kira ada 20 kepangan di kepalanya, yang membuat kepala Tabib seperti hutan. Banyak kepangan yang di hiasi dengan hiasan yang lucu.
Sejujurnya, gaya rambut ini lebih buruk daripada yang kemarin! pikir Song Shuhang.
Mata hitamnya masih ada, tapi sekarang… mereka ditutupi dengan smokey makeup sungguhan!
Song Shuhang bisa melihat Tabib mengedipkan matanya, riasan itu luntur, itu efek dari eye shadow.
Song Shuhang merasa perutnya melilit dan ia merasa ia ingin muntah.
Menurutnya, Tabib terlihat lebih buruk dari sebelumnya- penampilan Shamate Tabib itu lebih baik daripada sekarang. Ia hanya membuat Tabib menjadi terlihat buruk.
Apa Sungai Kabut Ungu takut Tabib yang tampan itu akan direbut oleh perempuan lain?
Ia bisa tenang, karena tidak ada perempuan yang akan menyukai Tabib dengan penampilan seperti Shamate,
Melihat Song Shuhang, Tabib tersenyum. "Yo, Shuhang kau sudah datang. Ya, tepat waktunya kau datang."
"Ada apa, Senior, apa kau tahu aku akan datang pagi ini?" Tanya Song Shuhang.
"Tentu saja. Semalam ada yang terjadi padamu, kan?" Mimik wajah Tabib tidak bisa dimengerti.
Sudah pasti, yang melindunginya semalam itu Tabib.
Merasa tenang, Song Shuhang menjawab, "Ya, seseorang masuk ke asramaku tengah malam. Orang itu meninggalkan pisau tanpa gagang di sana. Aku bisa mencium aroma darah di kamarku, jadi aku pikir ada sesuatu terjadi."
Seraya ia berbicara, ia mengeluarkan pisau itu dan memberikannya kepada Tabib.
Tabib mengambil pisau itu, dan menatap benda itu, dan mengembalikannya kepada Shuhang. Lalu, ia menyipitkan matanya, ia bertanya, "Kau pikir apa yang ingin dilakukan orang itu kemarin?"
"Aku pikir ada beberapa kemungkinan, tapi kemungkinan satu… orang itu mencoba membunuhku." jawab Song Shuhang.
Sungai Kabut Ungu tertawa, "kelihatannya kau tidak putus asa."
"Ya, kau benar. Pisau tanpa gagang ini berbau darah dan dendam orang mati, jadi pemilik pisau ini pasti sudah membunuh banyak orang. Sejujurnya, aku tidak ingin kau melihat sisi dunia persilatan yang kejam terlalu awal, tapi seperti ini dunia persilatan yang sebenarnya. Krisis tidak hanya datang karena bencana alam, tapi juga dari… kelakuan manusia. Jadi, Shuhang, bagaimana perasaanmu saat kau terancam dibunuh?" Tabib tersenyum.
Bagaimana perasaanku?
Aku merasakan banyak hal. Itu agak rumit! Sulit dijelaskan!
Berpikir sebentar, Song Shuhang menjawab, "Sejujurnya, awalnya aku agak takut. Karena, aku sadar aku tidak tahu ada orang masuk ke kamarku dan mendekati kasurku. Itu satu alasan kenapa aku datang ke sini, Senior. Setidaknya, aku ingin lebih waspada."
Ragu-ragu sesaat, "Tapi lalu, aku merasa agak… senang." kata Song Shuhang dengan malu-malu.
"Senang? Hahaha." Tabib tertawa, "Shuhang, kau orang yang aneh."
Benar-benar aneh ia merasa senang ketika ia ingin dibunuh.
"Orang aneh." Sungai Kabut Ungu menggema.
Tabib tertawa dan mulai menjelaskan.
"Kemarin, diam-diam aku memasang pelindung kecil di tubuhmu. Maafkan aku, aku melakukannya tanpa sepengetahuanmu. Tapi, pelindung itu bisa melindungi saat ada serangan dari pendekar. Lagipula, itu berisi racun yang aku siapkan khusus. Ini petunjuknya: obat ini kesukaanku. Ahem…" Tabib agak malu. Lagipula, itu tidak sopan untuk menaruh pelindung di tubuh Song Shuhang, meskipun ia bermaksud melindunginya.
"Namun, tengah malam pelindung ini diaktifkan oleh seseorang, dan obat itu keluar."
Hanya pendekar yang bermaksud untuk menyerang yang bisa mengaktifkan pelindung.
"Sejujurnya, aku pikir kau tidak perlu pelindung. Aku pikir orang yang mengikutiku tidak segila itu. Tapi, kelihatannya aku meremehkan mereka. Mereka sudah seperti anjing gila, menggigit. Shuhang, maafkan aku sudah merepotkanmu."
Tabib pikir orang yang ingin membunuh Shuhang itu orang yang mengikutinya. Lagipula, ia tidak tahu ada pendekar yang akan menyerang Song Shuhang, tahap pemula pengembangan diri.
"Tapi, itu tidak apa-apa. Kau tidak akan pernah melihat orang itu lagi." Sungai Kabut Ungu menambahkan sambil tersenyum.
Jadi artinya, pembunuh kemarin itu mati?
"Apa kau pikir itu kejam, Shuhang? Tapi beginilah dunia persilatan yang sebenarnya. Aku tahu kau orang yang baik hati… orang baik. Tapi, jangan mengasihani musushmu. Ini peringatan dari senior." kata Tabib sungguh-sungguh.
Song Shuhang itu orang yang baik yang bisa dilihat dari ❮Teknik Meditasi❯. Jadi Tabib agak kuatir ia akan terlalu baik kepada musuhnya, yang lama-lama akan mendatangkan celaka.
Baik hati itu bagus, tapi terlalu baik itu berbahaya di dunia persilatan.
"Tenanglah, Senior. Mungkin aku orang baik, tapi aku bukan pahlawan yang berkewajiban untuk menyelamatkan dunia. Kalau musuh, aku pikir musuh terbaik adalah musuh yang mati." pikir Song Shuhang sesaat dan menjawab dengan serius.
"Kau benar-benar orang yang aneh." kata Sungai Kabut Ungu lagi.
Tabib mengangguk sambil tersenyum. orang yang terlalu baik itu membuat sakit kepala, tapi orang baik dengan prinsip sendiri akan hebat.
"Lagipula, Senior Tabib, aku pikir aku harus berterimakasih, jika tidak ada Senior, aku bisa mati kemarin." kata Song Shuhang. Nyatanya, selain pendekar yang mengikutimu, orang yang ingin membunuhku kemarin mungkin mengincar ini."
Song Shuhang mengeluarkan liontinnya, dan menunjukkannya kepada mereka
"Ini yang kudapat saat aku membantu si Bulu Lembut waktu itu… roh hantu."