Dua bulan sabit tergantung di langit hitam pekat, di mana bintang-bintang tidak terhitung jumlahnya berkelip-kelip dan sebuah bintang jatuh lewat, dari waktu ke waktu. Bintang jatuh itu mirip dengan batu yang dilemparkan ke dalam kolam, membuat riak air tak terhitung jumlahnya.
Di dataran tidak bertepi dan damai, kota kuno dan terhormat, Kota Misteri Barat, berdiri tegak.
Terdapat dua sosok terbungkus gaun hitam pekat yang bergerak dengan cepat ke arah kota. Kedua sosok itu sepertinya meluncur ke arah kota, seakan mereka mampu menyeberangi jarak jauh dengan setiap langkah yang mereka ambil.
Whoooosh!
Ketika siulan angin melewati mereka, tudung yang menutupi salah satu dari mereka tertiup ke belakang, memperlihatkan topeng dingin seperti es.
"Pemimpin Aliran … itu adalah Kota Misteri Barat. Haruskah kita masuk?" tanya Pendeta Tertinggi dengan hormat kepada sosok di sebelahnya, yang bahkan tidak memiliki sedikit pun aura yang dapat dirasakan.